Latest Products

Tampilkan postingan dengan label islami. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label islami. Tampilkan semua postingan
Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanya permainan, senda gurau yang melalaikan, perhiasan, saling berbangga diri di antara kalian dan saling berlomba untuk memperbanyak harta dan anak” (Qs: al-Hadid: 20).
Saat melewati sebuah pasar, Rasulullah SAW dan para sahabatnya menemukan bangkai seekor anak kambing yang kecil telinganya. Beliau memegang telinga bangkai itu lalu mengangkatnya. Sambil menoleh beliau bertanya: “Siapakah diantara kalian yang mau membayar bangkai ini seharga satu dirham?” Dengan wajah heran para sahabat menjawab: “Bagi kami ia tidak ada nilainya sedikitpun. Apa yang dapat kami lakukan terhadap bangkai yang hina itu?” Beliau menambahkan lagi: “Bagaimana kalau bangkai ini diberikan (cuma-cuma) pada kalian?” Serentak mereka menimpali: “Demi Allah, seandainya-pun masih hidup kami tidak bakal tertarik. Ia adalah hewan cacat karena telinganya kecil, apalagi dengan kondisi sekarang yang telah menjadi bangkai?!, sudah tentu kami lebih tidak tertarik lagi”. Sambil tersenyum Rasulullah SAW bersabda: “Demi Allah, sungguh dunia di sisi Allah jauh lebih hina ketimbang bangkai anak kambing ini”. (HR. Bukhari).
Dalam kesempatan lain, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Andai dunia ini sepadan dengan sayap seekor nyamuk di sisi Allah, maka orang-orang kafir tidak bakal mendapat minum walau seteguk air”. (HR. Imam al-Tirmidzi, shahih).
Inilah hakekat dunia sebenarnya. Sebuah kenyataan yang mengajak kita sadar. Jangan sampai gemerlap dan tipu dayanya menjadikan kita budak. Atau bahkan hamba baginya. Sebab, penghambaan terhadap dunia merupakan sumber segala kerusakan. Lihatlah kefajiran yang banyak dibuat anak Adam, dahulu hingga kini, hampir seluruhnya disebabkan cinta dunia.
Nah, dalam menyikapi kehidupan dunia serta tujuan akhirat yang dituju anak adam terbagi menjadi dua:
Golongan pertama: Mereka yang mengingkari kehidupan akhirat setelah alam dunia ini berakhir. Tentang mereka, Allah Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami, mereka itu tempatnya ialah neraka, disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan”. (Qs: Yunus : 7).
Golongan kedua: Mereka yang meyakini adanya hari pembalasan pasca kehidupan dunia.Golongan ini mengakui para Rasul serta membenarkan risalahnya. Kendati kondisi mereka bertingkat, seperti disinggung dalam firman-Nya: “Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar. (Qs: Fathir : 32). Penjabaran adalah sebagai berikut:
Pertama: Zalimun linafsihi. Yakni, orang yang menzalimi diri sendiri. Dalam kehidupan ini mereka banyak terjebak dalam perkara-perkara haram. Sebab bagi mereka, dunia adalah segalanya. Wala’-nya pun sepenuhnya diserahkan pada dunia. Makanya, mereka dikatakan menzalimi diri sendiri. Karena sikap mereka itu sedikitpun tidak memberi mudharat bagi Allah Ta’ala. Akan tetapi, akibat dari perbuatan mereka itu kembali pada diri sendiri. Mereka itulah ahli ahwa’ dan ahlu syahwat. Gerak hidup mereka kebanyakan didominasi kepentingan hawa nafsu dan pemuasan syahwat hewani.
Kedua: Muqtashid. Yaitu golongan pertengahan. Mereka menikmati kehidupan dunia dari arah yang dibolehkan, disamping melaksanakan seluruh kewajiban yang dibebankan syari’at.
Golongan ini tidak tercela. Hanya saja derajat mereka di sisi Allah Ta’ala tidaklah istimewa. Diriwayatkan, Umar bin al-Khattab ra berkata: “Seandainya bukan karena takut derajatku di surga akan berkurang, sudah pasti aku akan mendahului kalian dalam hal kehidupan dunia. Saya mendengar Allah Ta’ala mencela suatu kaum melalui firman-Nya: “Kamu telah menghabiskan rezkimu yang baik dalam kehidupan duniawimu (saja) dan kamu telah bersenang-senang dengannya”. (Qs: al-Ahqaf : 20).
Ketiga: Sabiqun Bi al-Khairaat. Yaitu, orang-orang yang bersegera mengerjakan amal-amal kebajikan. Mereka paham hakikat kehidupan dunia ini. Mengerti maksud dan tujuan mengapa mereka diciptakan. Hingga akhirnya mengarahkan mereka mengubah segala gerak dalam hidup sebagai amal dan ibadah kepada Allah Ta’ala.
Disamping itu, mereka sadar, bahwa Allah Ta’ala menempatkan segenap hambaNya di bumi untuk menjalani ujian. Hal ini, agar kelihatan siapa yang paling baik amalnya. Paling zuhud terhadap dunia. Dan paling cinta pada negeri akhirat. “Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya. (Qs: al-Kahfi : 7).
Mereka merasa cukup mengambil dunia sekedar bekal menghadapi perjalanan panjang. Karena dunia, menurut mereka, adalah terminal mengisi segala perbekalan yang dibutuhkan. Olehnya, Allah Ta’ala mengingatkan kita akan hal itu: “Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa”. (Qs: al-Baqarah : 97).
Rasulullah SAW bersabda: “Apa urusanku dengan dunia ini?!, tidaklah aku di dunia melainkan ibarat pejalan kaki yang berlindung di bawah naungan sebatang pohon, istirahat, lalu pergi meninggalkannya”. (HR. Imam al-Tirmidzi, shahih).
Artinya, kampung sebenarnya bagi hamba adalah kampung akhirat. keluarga hakiki baginya adalah keluarga di akhirat. Dan Harta kekayaan sebenarnya adalah harta di akhirat. Merugilah orang-orang yang tega menjual akhiratnya demi mengais secuil kesenangan dunia yang fana.
Makanya, tanamkan niat taqwa dalam seluruh aktifitas hidup. Hal mana agar setiap perbuatan kita di muka bumi bernilai pahala di sisi-Nya. Sebab demikianlah maksud keberadaan kita di dunia. Ibadah, dan mengumpulkan bekal sebanyak-banyaknya. Mu’adz bin Jabal ra berkata: “Aku mengharapkan pahala dari tidurku, sebagaimana mengharapkan pada waktu terjagaku (shalat malam). Walllahu a’lam. [] 

Sumber Disini : http://www.belajarislam.com/menyikapi-dunia/

حديث أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: لَوْلاَ أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِي أَوْ عَلَى النَّاسِ لأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ مَعَ كُلِّ صَلاَةٍ أخرجه البخاري في: 11 كتاب الجمعة: 8 باب السواك يوم الجمعة
142.               Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata; Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Andaikan aku tidak kuatir memberatkan pada ummatku (atau pada orang orang) pasti aku perintahkan (wajibkan) atas mereka bersiwak (gosok gigi) tiap akan shalat. (Bukhari, Muslim).
حديث أَبِي مُوسى قَالَ: أَتَيْتُ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم فَوَجَدْتُهُ يَسْتَنُّ بِسِوَاكٍ بِيَدِهِ، يَقُولُ: أُعْ أُعْ وَالسِّوَاكُ فِي فِيهِ كَأَنَّهُ يَتَهَوَّعُ أخرجه البخاري في: 4 كتاب الوضوء: 73 باب السواك
143.               Abu Musa radhiyallahu anhu berkata: Saya datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam maka aku dapatkannya sedang bersiwak dengan kayu arak yang ada di tangannya sampai berkata: Uk, uk, (seakan-akan akan tumpah), sedang kayu siwak masih di tangannya seakan akan tumpah. (Bukhari, Muslim).
حديث حُذَيْفَةَ قَالَ كَانَ النَّبيُّ صلى الله عليه وسلم إِذَا قَامَ مِنَ اللَّيْلِ يَشُوص فَاهُ بِالسِّوَاكِ أخرجه البخاري في: 4 كتاب الوضوء: 73 باب السواك
144.               Hudzaifah radhiyallahu anhu berkata: Biasa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam jika bangun tengah malam langsung menggosok giginya dengan siwak (gosok gigi). (Bukhari, Muslim).
I. Muqoddimah
Rangkaian ibadah-ibadah Ramadhaniyat diakhiri dengan "Idul Fithri". 'Id secara etimologis berarti 'kembali'. dan Fithri berarti 'berbuka' atau fitroh. Sedangkan  secara istilah, 'Idul Fithri  ialah kembali berbuka (makan minum) setelah berpuasa atau kembali kepada fithroh setelah melalui masa training dan pembersihan (tathhir) selama bulan Ramadhan.
II. Hukum dan disyariatkannya 'Idul Fithri
Hari  Raya 'Idul Fithri disyariatkan pertama kali pada tahun awal Hijriyah. Seperti dilapor- kan oleh Anas: Adalah mereka (penduduk Madinah) memiliki dua hari raya, hari dimana mereka bermain dan bergembira, sampai Rasulullah SAW hijrah ke Madinah. Rasulullah SAW bertanya: Apakah tujuan dan arti dua hari ini ? Mereka menjawab; pada zaman jahiliyah dulu kami  bermain pada dua hari raya ini. Rasulullah SAW  berkata :
Sesungguhnya Allah SWT telah mengganti dua hari itu dengan hari Raya yang lebih baik, yakni hari raya "'Idul Fithri" dan hari raya "'Idul Adhha" (HR. Nasa'i - Ibnu Hibban).

Hukum shalat 'idul fithri adalah sunnah muakadah, yaitu sunnah yang sangat dipelihara dan dianjurkan oleh Rasulullah SAW kepada umatnya. Dalil yang menunjukkan atas disyariatkannya shalat 'Idul Fithri, antara lain:

a. Al-Qur'an surat al Kautsar ayat 2. 
b. Hadits; Hadits mutawatir bahwa Rasulullah SAW shalat 'Idul Fithri yang pertama pada tahun ke-dua   hijriyah, sebagaimana dilaporkan oleh Ibnu Abbas (HR. Bu- khori-Muslim). 
c. Ijma' Ulama', Para ulama dan kaum muslimin telah berijma' tetap disyariatkannya shalat 'Idul Fithri.

III. Waktu shalat 'Idul Fithri
Para ulama sependapat bahwa waktu shalat 'idul fithri  dimulai sejak terbit matahari 1 Syawwal hingga sebelum zawal (dzuhur), seperti waktu shalat dhuha. (HR.Ahmad). Di- sunnahkan agar menyegerakan  shalat 'Idul Adhha dan mengakhirkan sedikit shalat 'Idul Fithri. (HR. Syafi'i). Hikmahnya untuk shalat 'idul adhha agar waktu menyembelih hewan qurban lebih panjang. Sedang untuk 'idul fithri agar waktu menyalurkan zakat lebih luas.

IV. Tempat Shalat 'Idul Fithri
Para ulama sepakat bahwa tempat shalat 'idul fithri untuk Makkah, yang afdlol dilaksana- kan di masjid Al Haram. Dan untuk luar Makkah, ada dua pendapat:

Jumhur ulama' (kebanyakan ulama') melihat bahwa yang afdlol dilaksanakan ditanah lapang (bukan masjid), kecuali dalam keadaan dorurot atau ada udzur syar'i seperti hujan, maka dilaksanakan di masjid, seperti yang dilaporkan Abu Hurairah (HR. Abu Daud dan Al Hakim).
Asy-Syafi'iyah, melihat bahwa pelaksanaan shalat 'Idul Fithri lebih afdlol di masjid, sebab masjid adalah tempat yang paling mulia. Kecuali apabila masjidnya sempit, maka yang afdlol di tanah lapang kalau ada, sebagaimana dicontohkan oleh Rasu- lullah SAW. (HR. Bukhori - Muslim).
Konklusinya, tanah lapang (kalau ada), masjid bahkan musholla (kalau tidak ada tanah la- pang atau tidak ada masjid, atau ada tetapi  menyulitkan), dapat ditempati untuk shalat 'idul fithri.

Dengan tetap menjaga prinsip ukhuwwah, dan menyadari bahwa kita berada dalam sua- sana hari raya 'idul fithri, masalah ini tidak perlu dibesarkan, yang menjadi masalah adalah kalau tidak shalat 'idul fithri.

V. Tata Cara Shalat ' Idul Fithri
Shalat 'Idul Fithri terdiri dari dua rakaat. Syarat dan rukun shalat 'id mengikuti syarat dan rukun shalat wajib. Setelah takbiratul ikhram dan sebelum membaca al Fatihah pada ra- kaat pertama, disunnahkan membaca takbir sebanyak tujuh kali takbir. Dan pada rekaat ke-dua lima kali takbir, tidak termasuk takbir ketika bangkit dari sujud (rakaat pertama) ke rakaat ke-dua (takbirotul qiyam), dengan mengangkat ke-dua tangan setiap takbir, sebagaimana dilaporkan Amar bin Syuaib (HR. Ahmad, Ibnu Majah, Abu Daud dan Daru- quthni). Dan diantara takbir membaca :

Shalat 'Idul Fithri dilakukan sebelum khutbah 'Idul Fithri, sebagaimana dilaporkan oleh Ibnu Umar " Adalah Rasulullah SAW , Abu Bakar, Umar, Utsman melaksanakan shalat Idul Fithri sebelum khutbah 'Idul Fithri " (HR. Bukhori-Muslim). Riwayat yang sama juga dilaporkan oleh Abu Said.

VI. Khutbah 'Idul Fithri
Pelaksanaan khutbah 'Idul Fithri yaitu setelah shalat 'Id seperti dilaporkan oleh Ibnu Umar dan Abu Said (HR. Bukhori-Muslim). Hukum khutbah 'Idul Fithri dan mendengarkannya adalah sunnat, seperti yang dilaporkan oleh Abdullah bin As Said (HR. An Nasa'i, Abu Daud dan Ibnu Majah). Dan yang paling afdlol mengikuti seluruh rangkaian shalat/khutbah 'Idul Fithri dari awal sampai akhir.  Dan seperti pada shalat jum'at, khutbah 'Idul Fithri terdiri dari dua khutbah.

VII. Hal-hal yang disunnahkan  pada Waktu Hari Raya

Mengisi  malam 'Idul Fithri dengan ibadah dan taqorrub kepada Allah, seperti dzkir, shalat, qiroatul Qur'an, tasbih, istighfar dan sebagainya. Dan yang lebih afdlol, menghidupkan malam 'Id semalam suntuk, seperti dilaporkan ubadah bin Shamit (HR. Ath Thobari dan Daru Quthni), tentunya kalau kuat,tanpa mengorbankan ibadah-ibadah wajib seperti, shalat isya' dan shalat subuh, tepat pada waktunya dengan berjama'ah. Menghindari mengisi malam-malam 'Idul Fithri dengan acara hura-hura, takbiran sambil menabuh beduk yang justru mengganggu (tidak khusyuk), memutar kaset takbiran sementara orangnya tidur dan lain-lain, yang bertentangan dengan sunnah yang diajarkan Rasulullah SAW .
Menghidupkan sunnah takbiran semenjak terbenam matahari akhir Ramadhan hingga berangkat ke tempat shalat 'id sampai kemudian shalat 'id dilaksanakan dengan lafal, al:
"Allaahu Akbar (3x), La Ilaaha Illallaahu Wallaahu Akbar, Allaahu Akbar Walillahil Hamdu".
Mandi (HR. Ibnu Majah), memakai wangi-wangian (parfum) (HR. Baihaqi), bersiwak (menggosok gigi),memakai sebaik-baik pakaian.
Bersegera (berpagi-pagi) menuju tempat shalat 'Idul fithri, dengan tenang, dan pe- nuh ketulusan. Dan lebih afdlol kalau berjalan, sebagaimana dicontohkan Rasulullah SAW, seperti dilaporkan oleh Ali bin Abi Tholib (HR. Tirmidzi).
Makan (sarapan) sebelum berangkat shalat 'Idul Fithri, sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah SAW. (HR. Bukhori)
Membayar zakat fitrah sebelum berangkat shalat 'Idul Fithri (batas akhir  pembaya- ran zakat fitrah). Sekalipun zakat fitrah boleh saja dibayar beberapa hari sebelum 'Idul Fithri. (HR. Abu Daud, Ibnu Majah, Daraquthni, al Hakim)
Bergembira dan menggembirakan sesama muslim dan lebih mempererat tali ukhuwah diantara kaum muslimin .
Disunnahkan juga agar jalan ketika pergi dan jalan ketika pulang tidak sama. Se- perti yang dipraktekkan  Rasulullah SAW. Sebagaimana yang dilaporkan Jabir (HR. Bukhori).
VIII. 'Idul Fithri bagi kaum wanita dan anak-anak
Sebagaimana halnya kamu pria, kaum wanita dan anak-anak pun disunnatkan menghadiri shalat 'Idul Fithri. Begitu pula halnya orang-orang tua, gadis-gadis perawan, wanita-wa- nita haidh dan nifas. Seperti dilaporkan oleh Ummu Athiyah (HR. Bukhori - Muslim).

Adalah Rasulullah SAW keluar bersama istri-istri dan putri-putrinya untuk melaksanakan shalat 'Idul Fithri dan mendengarkan khuthbah (HR. Ibnu Majah & Baihaqi dan Ibnu Ab- bas). Adapun untuk wanita haidh dan nifas, cukup mendengarkan khuthbah, tidak ikut shalat.

IX. Adzan dan Qomat
Tidak disyari'atkan adzan dan qomat pada waktu shalat 'Idul Fithri dan 'Idul Adha, seperti dilaporkan Ibnu Abbas dan Jabir (HR. Bukhori dan Muslim)

X. Shalat Qobliyah dan Ba'diyah
Tidak ada satu riwayat-pun yang menunjukkan bahwa Rasulullah SAW dan shahabatnya mengerjakan shalat sunnat qobliyah dan ba'diyah pada waktu shalat 'Idul Fithri. (HR. Ja- ma'ah dari Ibnu Abbas), kecuali kalau shalat 'Idul Fithri dilaksanakan di masjid, maka te- tap disunnatkan shalat tahiyyat al masjid.

XI. Bergembira pada Hari Raya 'Idul Fithri
Umat Islam disunnatkan agar bergembira dan menggembirakan orang lain pada hari raya 'Idul Fithri. Dengan memakai pakaian yang terbaik, sebagai rasa syukur kepada Allah SWT atas segala nikmatNya, makan minum yang halal dan tidak isrof (berlebihan), saling ber- jabat tangan (kecuali antara pria dan wanita yang bukan muhrim), saling menziarohi, sa- ling memberi  (mengirim) ucapan selamat (berma'af ma'afan), dan saling bertukar hadiah dalam batas-batas yang wajar. Hal ini menunjukkan hikmah ajaran Islam yang selalu menjaga keseimbangan (tawazun).

Namun demikian sifat berlebih-lebihan dalam berbagai hal tetap tidak dibenarkan oleh Islam, sekalipun pada hari raya 'Idul Fithri. Hadits riwayat An Nasa'i di muka menunjukkan adanya alternatif yang diberikan Rasulullah SAW dalam sabdanya: "Allah telah menggan- tikan dua hari raya jahiliyah. Hal ini mengisyaratkan bahwa 'Idul Fithri harus jauh dari nilai-nilai jahiliyah dan harus berfungsi sebagai rasa  syukur kepada Allah, dan penegasan kembalinya kita kepada fithrah.

XII. Pasca Ramadhan
Umat Islam hendaknya berupaya  melestarikan nilai-nilai dan amaliyah-amaliyah Rama- dhan yang  telah dibina selama sebulan penuh, diantaranya dengan melaksanakan puasa sunnah selama  6 hari pada bulan Syawwal.

XIII. Penutup.
Demikian panduan praktis ini, semoga hikmah dan tujuan 'Idul Fithri sebagai hari kembali- nya hamba-hamba Allah kepada fitrahnya, dapat kita raih. Amin.




Tuntunan Lailatul Qadar
Tips Pasti Berjumpa Malam Lailatul Qadar
Aku Jumpa Lailatul Qadar
Kembara Mencari Lailatul Qadar
Muhasabah Ramadhan


Kapankah terjadinya Lailat al Qodr
Sesuai dengan firman Allah pada awal surat Al Qodr, serta pada ayat 185 surat Al Baqoroh, dan hadits Rasulullah SAW.  Maka para ulama' bersepakat bahwa " Lailat al qodr" terjadi pada malam bulan Ramadhan. Bahkan seperti diriwayatkan oleh Ibnu Umar, Abu Dzar, dan Abu Hurairah, lailat al qodr bukannya sekali terjadi pada masa Rasulullah SAW saja, malainkan ia terus berlangsung pada setiap bulan Ramadhan untuk mashlahat umat Muhammad, sampai terjadinya hari qiyamat. 




Bagaimana dengan kita...?

bila kematian merenggut hidup kita
sementara kita masih merajut dosa
merenda maksiat

Bagaimana dengan kita...?
jika malaikat maut menjemput dengan paksa
sementara kita sedang di gairah
bersama pasangan selingkuh kita

Bagaimana dengan kita...?
kalau saja ajal datang tanpa kompromi
sementara kita sedang sakauw
dengan segenggam putauw

Bagaimana dengan kita...?
jika kematian membuyarkan semua harapan
sementara kita masih berjalan
dalam kegelapan tanpa arah

Bagaimana dengan kita...?
kalau ajal menghentikan kenikmatan hidup
sementara kita masih mengumbar kesombongan
dan masih alergi dengan kebenaran

Bagaimana dengan kita...?
ketika Allah mengambil nyawa kita
sementara kita tak pernah mengingat-Nya
bahkan terbiasa menantang-Nya

Bagaimana dengan kita...?
saat jasad ditinggal ruh
padahal kita masih betah menjahit kedengkian
sangat bernafsu menyebar hasad

Bagaimana dengan kita...?
ketika badan tanpa nyawa menuju ke liang kubur
padahal kita masih membenci kebenaran
bahkan bernafsu membungkam penyerunya

Bagaimana dengan kita...?
saat sang malakul maut mencabut nyawa
sementara bekal tak pernah kita miliki
hanya dosa yang menggunung

Bagaimana dengan kita...?
saat keranda jenasah kita
diusung diiringi tangisan keluarga
sementara yang kita miliki hanya segunung dosa

Apa bekal kita...?
haruskah menderita dalam kehidupan abadi?

Naudzubillahi min dzalik.




Bagaimana kamu apabila dilanda lima perkara? Kalau aku (Rasulullah Saw), aku berlindung kepada Allah agar tidak menimpa kamu atau kamu mengalaminya. (1) Jika perbuatan mesum dalam suatu kaum sudah dilakukan terang-terangan maka akan timbul wabah dan penyakit-penyakit yang belum pernah menimpa orang-orang terdahulu. (2) Jika suatu kaum menolak mengeluarkan zakat maka Allah akan menghentikan turunnya hujan. Kalau bukan karena binatang-binatang ternak tentu hujan tidak akan diturunkan sama sekali. (3) Jika suatu kaum mengurangi takaran dan timbangan maka Allah akan menimpakan paceklik beberapa waktu, kesulitan pangan dan kezaliman penguasa. (4) Jika penguasa-penguasa mereka melaksanakan hukum yang bukan dari Allah maka Allah akan menguasakan musuh-musuh mereka untuk memerintah dan merampas harta kekayaan mereka. (5) Jika mereka menyia-nyiakan Kitabullah dan sunah Nabi maka Allah menjadikan permusuhan di antara mereka. (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)

Aku beritahukan yang terbesar dari dosa-dosa besar. (Rasulullah Saw mengulangnya hingga tiga kali). Pertama, mempersekutukan Allah. Kedua, durhaka terhadap orang tua, dan ketiga, bersaksi palsu atau berucap palsu. (Ketika itu beliau sedang berbaring kemudian duduk dan mengulangi ucapannya tiga kali, sedang kami mengharap beliau berhenti mengucapkannya). (Mutafaq’alaih)

Ada empat kelompok orang yang pada pagi dan petang hari dimurkai Allah. Para sahabat lalu bertanya, “Siapakah mereka itu, ya Rasulullah?” Beliau lalu menjawab, “Laki-laki yang menyerupai perempuan, perempuan yang menyerupai laki-laki, orang yang menyetubuhi hewan, dan orang-orang yang homoseks. (HR. Ahmad dan Ath-Thabrani)

Ada tiga jenis orang yang diharamkan Allah masuk surga, yaitu pemabuk berat, pendurhaka terhadap kedua orang tua, dan orang yang merelakan kejahatan berlaku dalam keluarganya (artinya, merelakan isteri atau anak perempuannya berbuat serong atau zina). (HR. An-Nasaa’i dan Ahmad)


Alhamdulillahi Robbil’aalamiin… marilah kita bersyukur atas nikmat berkesempatan untuk memulai menuntut ilmu agama. Semoga ini akan memperbaiki hidup kita, sesuai sabda Nabi: “Barangsiapa yang dikehendaki Allah menjadi orang baik, maka Allah menggerakkan ia belajar ilmu agama sampai pandai.” (HR Bukhari).

Sebelumnya saya pernah membahas tentang keutamaan ilmu
, dan kali ini juga saya akan bahas bagaimana pentingnya menuntut ilmu Agama tersebut.

Beberapa hikmah menuntut ilmu (agama) lainnya adalah:

1. Berada di jalan Allah
“Barang siapa yang keluar rumah untuk menuntut ilmu, berarti dia berada di jalan Allah hingga pulang” (HR Turmudzi)

2. Mendapatkan pahala yang mengalir terus menerus
“Jika anak adam meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecualai 3 hal, yaitu shadaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat, anak shaleh yang selalu mendoakan orang tuanya.”(HR Muslim)

3. Agar tidak terlaknat
“Dunia dan seisinya terlaknat, kecuali yang memanfaatkannya demi kepentingan dzikrullah dan yang serupa dengan itu, para ulama dan orang-orang yang menuntut ilmu” (HR Turmudzi)

4. Ditinggikan derajatnya
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS Al-Mujadilah: 11).

5. Dimudahkan jalan menuju surga
“Barang siapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu agama, pasti Allah membuat mudah baginya jalan menuju surga” (HR Muslim)

Kemuliaan ilmu atas harta
Ilmu adalah warisan para Nabi, sedang harta adalah warisan para raja dan orang kaya.

Ilmu itu menjaga yang empunya, sedang pemilik harta menjaga hartanya.

Ilmu adalah penguasa atas harta, sedang harta tidak berkuasa atas ilmu.

Harta bisa habis dengan sebab dibelanjakan, sedang ilmu justru bertambah dengan diajarkan.

Pemilik harta jika telah meninggal dunia, ia berpisah dengan dengan hartanya, sedang ilmu mengiringinya masuk ke dalam kubur bersama para pemiliknya.

Harta bisa didapatkan oleh siapa saja baik orang beriman, kafir, orang shalih dan orang jahat, sedang ilmu yang bermanfaat hanya didapatkan oleh orang yang beriman saja.

Sesungguhnya jiwa menjadi lebih mulia dan bersih dengan mendapatkan ilmu, itulah kesempurnaan dirinya dan kemuliaannya.

Sedangkan harta, ia tidak membersihkan dirinya, tidak pula menambahkan sifat kesempurnaan dirinya, malah jiwanya menjadi berkurang dan kikir dengan mengumpulkan harta dan menginginkannya. Jadi keinginannya kepada ilmu adalah inti kesempurnaannya dan keinginannya kepada harta adalah ketidaksempurnaannya dirinya.

Sesungguhnya mencintai ilmu dan mencarinya adalah akar semua ketaatan, sedangkan mencintai harta dan dunia adalah akar semua kesalahan.

Sesungguhnya orang berilmu mengajak manusia kepada Allah dengan ilmunya dan akhlaknya, sedang orang kaya itu mengajak manusia ke neraka dengan harta dan sikapnya.

Sesungguhnya yang dihasilkan dengan kekayaan harta adalah kelezatan binatang. Jika pemiliknya mencari kelezatan dengan mengumpulkannya, itulah kelezatan ilusi. Jika pemiliknya mengumpulkan dengan menggunakannya untuk memenuhi kebutuhannya syahwatnya, itulah kelezatan binatang. Sedang kelezatan ilmu, ia adalah kelezatan akal plus rohani yang mirip dengan kelezatan para malaikat dan kegembiraan mereka. Antara kedua kelezatan tersebut (kelezatan harta dan ilmu) terdapat perbedaan yang mencolok.


Karena itu, dengan menuntut ilmu semoga kita menjadi orang baik, tetap berada di jalan Allah, memiliki pahala yang terus mengalir meskipun sepeninggal kita, tidak terlaknat, ditinggikan derajatnya dan dimudahkan Allah menuju surga. Mudah-mudahan kita semua dimudahkan Allah untuk mendapatkan ilmu yang bermanfaat sehingga dapat terbentuk masyarakat yang adil, makmur dan Islami. Amiiin


“Dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al-Qur’an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan katakanlah, ‘Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan’” (QS. Thaha: 114).

“Barang siapa menempuh suatu jalan dengan tujuan mencari ilmu, Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga. Selain itu, malaikat akan meletakkan sayapnya bagi orang yang mencari ilmu sebagai keridaan atas tindakannya. Sesungguhnya yang ada di langit dan bumi, bahkan ikan-ikan di laut, akan memohonkan ampunan bagi orang yang menuntut ilmu. Keutamaan orang berilmu atas ahli ibadah adalah seperti keutamaan bulan atas planet yang lain. Para ulama adalah pewaris manusia. Dan, para nabi tiada mewariskan dinar atau dirham, melainkan ilmu. Maka, barang siapa mengambilnya, berarti ia telah mengambil bagian yang sempurna.” (HR. Ahmad) 

Artikel Ramadhan Terbaik :



#Pray for Gaza Pemimpin yahudi pernah bilang kalau bangsa yahudi akan takut sama Islam kalau jumlah muslim yang shalat subuh berjamaah di mesjid jumlahnya sama kayak jumlah umat muslim ketika shalat jumat. Mereka tau keistimewaan shalat subuh. Nabi Muhammad SAW pun pernah mengucapkan kalau umat muslim tau keistimewaan dan kebesaran shalat berjamaah subuh, mereka pun akan rela untuk merangkak ke mesjid. di azan pas subuh itu juga sering diucapkan bahwa shalat itu lebih baik daripada tidur (Asholatu Choirum Minnauum). Zaman jahiliyah pun dihancurkan ketika waktu subuh.

tetapi, sedihnya, di mesjid, sedikit sekali yang shalat berjamaah pas subuh. cuma ada 1-5 orang aja di banyak mesjid. 

Mari kita bersama sama biasakan shalat subuh di mesjid bagi yang mampu. Nabi Muhammad SAW sangat menekankan shalat subuh ini penting. Pemimpin Yahudi pun tau keistimewaan shalat subuh. jadi mari kita sama sama meningkatkan shalat subuh kita.


Berikut beberapa kutipan dari Al Qur’an dan Hadits-hadits Nabi Muhammad SAW :

Banyak permasalahan, yang bila diurut, bersumber dari pelaksanaan shalat Subuh yang disepelekan. Banyak peristiwa petaka yang terjadi pada kaum pendurhaka terjadi di waktu Subuh, yang menandai berakhirnya dominasi jahiliyah dan munculnya cahaya tauhid. “Sesungguhnya saat jatuhnya adzab kepada mereka ialah di waktu Subuh; bukankah Subuh itu sudah dekat?” [QS Huud:81]

“Sesungguhnya shalat yang paling berat bagi orang munafik adalah shalat Isya’ dan shalat Subuh. Sekiranya mereka mengetahui apa yang terkandung di dalamnya, niscaya mereka akan mendatangi keduanya (berjamaah di masjid) sekalipun dengan merangkak” [HR Al-Bukhari dan Muslim]

“Berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang banyak berjalan dalam kegelapan (waktu Isya’ dan Subuh) menuju masjid dengan cahaya yang sangat terang pada hari kiamat” [HR. Abu Dawud, At-Tarmidzi dan Ibnu Majah]

“Shalat berjamaah (bagi kaum lelaki) lebih utama dari shalat salah seorang kamu yang sendirian, berbanding dua puluh tujuh kali lipat. Malaikat penjaga malam dan siang berkumpul pada waktu shalat Subuh”. “Kemudian naiklah para Malaikat yang menyertai kamu pada malam harinya, lalu Rabb mereka bertanya kepada mereka - padahal Dia lebih mengetahui keadaan mereka - ‘Bagaimana hamba-2Ku ketika kalian tinggalkan ?’ Mereka menjawab, ‘Kami tinggalkan mereka dalam keadaan shalat dan kami jumpai mereka dalam keadaan shalat juga’. ” [HR Al-Bukhari]

“Barang siapa yang menunaikan shalat Subuh maka ia berada dalam jaminan Allah. Shalat Subuh menjadikan seluruh umat berada dalam jaminan, penjagaan, dan perlindungan Allah sepanjang hari. Barang siapa membunuh orang yang menunaikan shalat Subuh, Allah akan menuntutnya, sehingga Ia akan membenamkan mukanya ke dalam neraka” [HR Muslim, At-Tarmidzi dan Ibnu Majah]

Barangsiapa berjamaah dalam shalat subuh dan Isya maka baginya dua kebebasan, yaitu kebebasan dari kemunafikan dan kebebasan dari kemusyrikan. [Abu Hanifah]

Artikel Ramadhan Terbaik :

Ramadhan Hotel & Restoran 2014
Ramadhan Murah 2014

205974 249558871731204 167037783316647 832151 7657551 n Amalan Sunat Hari Jumaat
1. Memperbanyak salawat kepada Rasulullah s.a.w. pada malam jumat dan pada siang hari jumat. Sabda baginda s.a.w.yang bermaksud: “perbanyaklah selawat kepadaku pada hari jumat dan malam jumat. Sesiapa yang berselawat kepadaku satu kali maka ALLAH akan berselawat dan memberikan salam kepadanya sepuluh kali.”(riwayat baihaqi)
2. Membaca surah Al Kahfi pada hari jumaat atau malam jumat. Abu said meriwayatkan bahaawa rasulullah s.a.w. bersabda yang bermaksud: “sesiapa yang membaca surah Al Kahfi pada hari jumat , maka ia akan diterangi oleh cahaya antara dua jumat.”( riwayat al-nasa’I dan al-baihaqi)

Rasulullah SAW  mengabarkan tiga golongan orang yang pertama-tama diperintahkan untuk merasakan api neraka, yaitu qari' Al-Qur'an, mujahid dan orang yang menshadaqahkan hartanya; mereka melakukannya agar dikatakan, "Fulan adalah qari', fulan adalah pemberani, Fulan adalah orang yang bershadaqah", yang amal-amal mereka tidak ikhlas karena Allah.

Di dalam hadits qudsi yang shahih disebutkan; "Allah berfirman, 'Aku adalah yang paling tidak membutuhkan persekutuan dari sekutu-sekutu yang ada. Barangsiapa mengerjakan suatu amal, yang di dalamnya ia menyekutukan selain-Ku, maka dia menjadi milik yang dia sekutukan, dan Aku terbebas darinya'." (HR. Muslim)





Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, ia berkata : "Telah bersabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam : ‘Setiap anggota badan manusia diwajibkan bershadaqah setiap hari selama matahari masih terbit. Kamu mendamaikan antara dua orang (yang berselisih) adalah shadaqah, kamu menolong seseorang naik ke atas kendaraannya atau mengangkat barang-barangnya ke atas kendaraannya adalah shadaqah, berkata yang baik itu adalah shadaqah, setiap langkah berjalan untuk shalat adalah shadaqah, dan menyingkirkan suatu rintangan dari jalan adalah shadaqah ".

Pada umumnya manusia tidur bagaikan mati, fungsi-fungsi jiwanya bagaikan tidak bekerja. Tetapi bagi sebagian orang, tidur merupakan saat aktivitas spiritual justru meningkat. Sehingga ketika bangun bukan hanya tubuhnya yang segar, tapi juga jiwanya. Orang-orang saleh bahkan sering mendapat ilham (ruya al-haq) justru ketika sedang tidur.


“Barang siapa yang memiliki kemampuan tetapi tidak berkurban,

maka dilarang dekat-dekat dengan masjid kami!”

[Muhammad Rasulullah SAW]

Banyak orang yang tampil bergaya di hari Raya Idul Fitri. Tak kurang biaya ratusan ribu, atau jutaan rupiah/keluarga atau bahkan perorang,dikeluarkan hanya untuk merasakan kegembiraan di hari itu! Kue-kue, baju gamis dan berbagi uang lebaran




Akan tetapi, pada saat menjelang hari Raya Idul Adha, mereka yang bergaya itu ternyata tak mampu menghadirkan seekor kambing pun sebagai pengorbanan kepada Tuhan mereka!


Bukan hanya perasaan “tak mampu” yang mereka ucapkan. Ironisnya, mereka merasa sakit hati jika namanya tak tercantum didaftar orang-orang yang berhak menerima santunan daging qurban!!!


Semoga kita terhindar dari golongan orang-orang seperti ini

Bagaimana menurut sobat-sobat?… :-)

Tribute to : http://dewaseo.com
Jagalah Lima Perkara sebelum Datang Lima Perkara, Rasulullah SAW bersabda :
Jagalah lima perkara sebelum datang lima perkara, pertama Sehatmu sebelum Sakitmu, kedua Sempatmu sebelum Sempitmu, ketiga Kayamu sebelum Miskinmu, keempat Mudamu sebelum Tuamu dan yang kelima Hidupmu sebelum Matimu”


Suatu ketika di zaman Tuan Syekh Abdul Qadir Al-Jaelani, dikala beliau sedang menuju ke masjid beliau melihat syaiton dalam keadaan muka yang pucat, badannya yang kurus dan pundaknya yang bengkok, lalu Tuan Syekh berkata kepada syaitan tersebut , hai syaitan kenapa muka engkau pucat ? Begini Tuan Syekh aku pucat dikala aku menunggu orangtua yang sedikit lagi mati dan aku menggodanya agar dia mati dalam su’ul khotimah [akhir hidup yang buruk], tetapi aku pucat dikala dia membacakan “Yaa Allah biha Yaa Allah biha Yaa Allah Bi khusnil khotimah” dan aku takut ia mati khusnul khotimah [akhir hidup yang baik], karena itulah aku pucat. 

Diantara tanda-tanda kebahagiaan dan keberuntungan seseorang adalah:
• Setiap kali seorang hamba bertambah ilmunya, maka dia tambah tawadlu' dan kasih sayangnya bertambah.
• Manakala amalnya bertambah, rasa takut dan waspadanya bertambah.
• Ketika umurnya bertambah, kerakusannya terhadap kehidupan dunia justru berkurang.
• Setiap kali hartanya bertambah, bertambah pula kedermawanan dan pengorbanannya.
• Juga setiap kali bertambah kedudukannya, bertambahlah kedekatannya dengan orang-orang dan bantuannya kepada mereka.


Ada pelajaran yang sangat bagus dari kisah yang satu ini, ayo dibaca sampai tuntas, semoga Allah memberkahi apa yang kita lakukan

Dikisahkan, bahwa suatu hari ada seorang pemuda yang keluar dari rumahnya dengan membawa kapak. Ia hendak menebang sebuah pohon yang disembah orang-orang. Ia melakukan hal tersebut semata-mata karena Allah agar tidak seorang pun menyekutukan-Nya. Ditengah perjalanan, ia dihadang oleh Iblis yang menjelma menjadi manusia. Iblis bertanya kepadanya, "Akan kemanakah engkau dan untuk apa kapak itu?" Orang tersebut menjawab, "Aku hendak menebang pohon yang disembah orang."


Iblis melarang orang itu untuk menebang pohon tersebut. Tentu saja, orang itu denagn tegas menolak permintaan iblis, sehingga terjadilah perkelahian antara orang dan iblis. Dalam perkelahian itu iblis dapat dikalahkan oleh orang tersebut. Namun, iblis tidak berputus asa. Ia membujuk orang itu dan berjanji untuk memberina empat dirham setiap hari dengan syarat ia tidak menebang pohon yang orang-orang itu. Dengan diiming-imingi sejumlah uang, orang itu akhirnya terbujuk juga. Ia membatalkan niatnya untuk menebang pohon itu.

Sesuai janji iblis, setiap hari orang itu mendapat empat dirham dibawah sajadahnya. Namun, hal itu hanya berjalan selama tiga hari saja. Pada hari keempat, setelah mengetahui iblis melanggar janjinya, orang itu pergi sambil membawa kapaknya hendak menebang pohon. Namun, sebelum ia sampai ke tempat yang dituju, ia bertemu lagi dengan iblis yang melarangnya melakukan penebangan. Maka terjadilah perkelahian diantara keduanya. Namun, kali ini iblis dapat mengalahkan orang itu dan menjatuhkannya .

Orang itu heran, lalu bertanya kepada iblis mengapa ia dapat mengalahkannya. Iblis berkata, "Dalam perkelahiannya pertama, niatmu sangat tulus untuk menebang pohon itu. yaitu semata-mata karena Allah. Dala keadaan seperti itu aku tidak dapat mengalahkanmu. Namun, kali ini engkau keluar dengan hati yang tidak tulus karena Allah. Kini, engkau keluar hendak pohon itu semata-mata kesal kepadaku karena rngkau tidak mendapatkan uang lagi dibawah sajadahmu. Dalam keadaan seperti itu aku sangat mudah untuk mengalahkanmu. Nah, sekarang pulanglah engkau kerumah atau akan kupenggallehermu."


Penjelasan :
Kisah ini boleh diceritakan karena sejalan dengan ajaran Islam. Pelajaran dari kisah ini adalah bahwa setiap muslim harus mendasari perbuatannya karena Allah. Hal ini akan mempertebal keimanannya sehingga tidak akan mudah digelincirkan iblis.

FREE WORLDWIDE SHIPPING

BUY ONLINE - PICK UP AT STORE

ONLINE BOOKING SERVICE