Bismillah Assalamu Alaikun
Membicarakan kelompok sesat bukan hanya sebatas
menceritakan sejarah dan memperhatikan dasar-dasar
mereka, sebagaimana membahas kejadian-kejadian sejarah
dan peristiwa masa lampau.
Tapi membicarakan kelompok-kelompok sesat memiliki sisi
yang lebih besar dari itu. Yaitu : berhati-hati dari kejahatan
atau kejelekan kelompok-kelompok ini dan dari kebid’ahan-kebid’ahan mereka. Kemudian berisi anjuran untuk tetap
bergabung dengan kelompok Ahlus Sunnah wal Jama’ah.
Merebaknya aksi kekerasan terorisme akhir-akhir ini
membuat saya membuka lagi sebuah kitab lama. Kitab yang
ditulis oleh Syaikh Sholih bin Fauzan Al Fauzan ini
pertama kali diterbitkan di Indonesia oleh Penerbit Darul
Ilmi pada Jumada Tsani 1418 (1998 M).
Di dalam kitab kecil setebal 84 halaman ini secara ringkas
beliau menerangkan empat induk kelompok sesat, yaitu :
• Kelompok Qadariyyah
• Kelompok Khawarij
• Kelompok Syi’ah
• Kelompok Jahmiyyah Lalu diterangkan pula Kelompok Mu’tazilah yang sebenarnya merupakan sempalan dari Kelompok Jahmiyyah. Kesesatan yang menimpa mereka berada pada tingkat aqidah. Qadariyyah menyimpang pada masalah taqdir. Khawarij berfaham takfiri. Syi’ah tersesat dalam tauhid rububiyyah. Sedang Jahmiyyah, dan Mu’tazilah, salah dalam memahami tauhid ama’ wa shifat. Jadi harus dipahami di sini bahwa perpecahan terjadi bukan pada tataran fiqih atau saat menentukan awal bulan Ramadhan, misalnya. Tapi pada tingkat aqidah yang merupakan pondasi bagi dien ini. Dari sini mereka kemudian menciptakan syariat mereka sendiri dan membuat-buat bid’ah dengan meninggalkan sunnah. Seringkali ini adalah konsekuensi dari sesatnya pemahaman mereka. Menjadi semakin jelaslah bagi kita pentingnya mempelajari aqidah sesuai dengan pemahaman para salafus shalih. Perlunya mendalami tauhid yang lurus dan terbebas dari kerancuan berpikir mereka.
• Kelompok Qadariyyah
• Kelompok Khawarij
• Kelompok Syi’ah
• Kelompok Jahmiyyah Lalu diterangkan pula Kelompok Mu’tazilah yang sebenarnya merupakan sempalan dari Kelompok Jahmiyyah. Kesesatan yang menimpa mereka berada pada tingkat aqidah. Qadariyyah menyimpang pada masalah taqdir. Khawarij berfaham takfiri. Syi’ah tersesat dalam tauhid rububiyyah. Sedang Jahmiyyah, dan Mu’tazilah, salah dalam memahami tauhid ama’ wa shifat. Jadi harus dipahami di sini bahwa perpecahan terjadi bukan pada tataran fiqih atau saat menentukan awal bulan Ramadhan, misalnya. Tapi pada tingkat aqidah yang merupakan pondasi bagi dien ini. Dari sini mereka kemudian menciptakan syariat mereka sendiri dan membuat-buat bid’ah dengan meninggalkan sunnah. Seringkali ini adalah konsekuensi dari sesatnya pemahaman mereka. Menjadi semakin jelaslah bagi kita pentingnya mempelajari aqidah sesuai dengan pemahaman para salafus shalih. Perlunya mendalami tauhid yang lurus dan terbebas dari kerancuan berpikir mereka.
Sudah menjadi sunatullah bahwa Islam akan terpecah
menjadi 73 golongan. Semuanya masuk neraka kecuali satu.
Yaitu manhaj pemahaman yang Rasulullah shalallahu ’alaihi
wasallam dan para shahabat berdiri di atasnya.