14 Oktober, 2014

Syahadat La Ilaha Illallah; Ma’na, Rukun, dan Syaratnya (4- selesai)


 
Pada tulisan sebelumnya telah diterangkan syarat ilmu, ilmu, yakin, dan ikhlas (http://wahdah.or.id/syahadat-la-ilaha-illallah-mana-rukun-dan-syaratnya-2/ ) serta shidiq dan mahabbah sebagai syarat La Ilaha Illallah. Pada tulisan ini akan dilanjutkan dengan syarat inqiyad (tunduk), qabul, dan kufru bit Thaghut.
6. Inqiyad (Tunduk) Lawan dari Penentangan

Maksudnya kita wajib tunduk kepada Allah dengan melakukan amalan baik yang nampak maupun tersembunyi sebagai wujud konsekuensi syahadat yang telah diucapkan. Ketundukan tersebut mengejawantah dalam sikap penyerahan diri secara total untuk menunaikan perintah-perintah Allah dan Rasul-Nya serta meninggalkan larangan-larangan Allah dan Rasul-Nya.

Hal itu telah ditunjukan oleh banyak ayat al-Qur’an, diantaranya: An-Nisa ayat 65 dan 125, Luqman ayat 22, serta Az-Zumar ayat 54:
فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّىٰ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنفُسِهِمْ حَرَجًا مِّمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا [٤:٦٥]

Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.
وَمَنْ أَحْسَنُ دِينًا مِّمَّنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ وَاتَّبَعَ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا ۗ وَاتَّخَذَ اللَّهُ إِبْرَاهِيمَ خَلِيلًا [٤:١٢٥]

Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya.
وَمَن يُسْلِمْ وَجْهَهُ إِلَى اللَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَىٰ ۗ وَإِلَى اللَّهِ عَاقِبَةُ الْأُمُورِ [٣١:٢٢]
Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh. Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan.
وَأَنِيبُوا إِلَىٰ رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ مِن قَبْلِ أَن يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ ثُمَّ لَا تُنصَرُونَ [٣٩:٥٤]
“Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi)”.
“Makna berserah diri (al-istislam) kepada Allah dalam ayat di atas adalah tunduk kepada perintah-perintah Allah Ta’ala”, sebagaimana dikatakan oleh Syekh Ahmad ibn Shalih ibn Ibrahim at-Thuwayyan hafidzahullah. (Hasyiyah Durusil Muhimmah Li ‘Ammatil Ummah, hlm. 50)

Termasuk bagian dari syarat inqiyad adalah tunduk terhadap apa yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang disertai sikap ridha terhadap terhadap keputusan beliau dan mengamalkan sunnahnya (Lih.Qs An-Nisa:56). Jika seseorang mengucapkan La Ilaha Illallah, namun menolak sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka ucapan syahadatnya tidak berguna. Termasuk dalam kategori tidak tunduk kepada Allah, Rasul-Nya dan kandungan serta konsekwensi La Ilaha Illallah adalah tidak berhukum dengan hukum Allah dan Rasul-Nya atau lebih mengutamakan hukum dan undang-undang buatan manusia.

7. Qabul (Menerima) Lawan dari Penolakan
Al qabul artinya menerima. Jadi, kita bersyahadat disertai penerimaan kita berupa ibadah yang murni kepada Allah dan meninggalkan ibadah kepada selainNya. Barangsiapa yang bersyahadat tetapi tidak menerima konsekwensinya, maka ia termasuk golongan manusia yang disebutkan oleh Allah dalam surah Ash-Shaffat ayat 35-36 berikut ini:
إِنَّهُمْ كَانُوا إِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ يَسْتَكْبِرُونَ [٣٧:٣٥] وَيَقُولُونَ أَئِنَّا لَتَارِكُو آلِهَتِنَا لِشَاعِرٍ مَّجْنُونٍ [٣٧:٣٦]
“Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: “Laa ilaaha illallaah” (Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri. dan mereka berkata: “Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan sembahan-sembahan kami karena seorang penyair gila?” (QS. Ash Shaffaat[37]:35-36).
Oleh karena itu, pengucapan kalimat syahadat La Ilaha Illallah harus disertai dengan penerimaan terhadap kandungan dan konsekwensinya. Harus disertai penerimaan secara lahir dan batin, lisan dan qalbu. Sesiapa yang mengucapkan lalu menolak dan menentang kandungan serta konsekwensinya, maka ia telah terjerumus ke dalam kekufuran.
Termasuk dikatakan menolak atau tidak menerima kandungan La Ilaha Illallah, jika seseorang menolak, membenci, dan atau menentang sebagian syariat Allah dan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebab pengakuan dan penerimaan terhadap La Ilaha Illallah dan segala konsekwensinya inheren di dalamnya penerimaan secara total (kaffah) terhadap syariat Islam yang terkandung dalam al-Qur’an dan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebagaimana diperintahkan oleh Allah Ta’ala melalui firman-Nya dalam surah al-Baqarah ayata 208:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ [٢:٢٠٨]
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. (QS. Al-Baqarah:208)
8. Kufur (Inkar) Terhadap Thaghut
Pengucapan syahadat juga harus disertai dengan sikap penolakan dan pengingkaran segala sesuatu yang dipertuhankan selain Allah berupa Thawaghit (jamak dari Thaghut). Sebagaimana ditegaskan oleh Allah melalui surah Al baqarah ayat 256:
فَمَن يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِن بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَىٰ لَا انفِصَامَ لَهَا ۗ
“Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus”. (QS.Al-Baqarah:256)

Selain itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengaitkan jaminan keselamtan bagi yang mengucapkan syahadat dengan pengingkaran terhadap segala yang diibadahi selain Allah. Rasulullah tegaskan dalam sebuah sabdanya yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, “Barangispa yang mengucapkan La Ilaha Illallah dan inkar terhadap segala yang diibadahi selain Allah, maka terjaga harta, dan darahnya. Dan hisabanya diserahkan kepada Allah ‘Azza wa Jalla” (terj. HR. Muslim)

Penjelasan di atas dan penjelasan pada tulisan sebelumnya, menunjukan bahwa kalimat syahadat La Ilaha Illallah tidak cukup sekadar diucapkan. Tapi harus disertai pengetahuan terhadap ma’nanya, penunaian terhadap rukunnya, pemenuhan terhadap syarat-syaratnya dan pengejawantahan terhadap kandungan dan konsekwesinya, serta meninggalkan pembatalnya. Semoga Allah Ta’la meneguhkan kita diatas kalimat yang mulia ini, di dunia dan di akhirat. Wallahu waliyyu dzalika wa maulahu. Wallahu a’lam bis Shawab.
(Selesai)-sym-

Sumber : Syahadat La Ilaha Illallah; Ma’na, Rukun, dan Syaratnya (4- selesai) | Wahdah Islamiyah http://wahdah.or.id/syahadat-la-ilaha-illallah-mana-rukun-dan-syaratnya-4-selesai/#ixzz3FqD2wddj

FREE WORLDWIDE SHIPPING

BUY ONLINE - PICK UP AT STORE

ONLINE BOOKING SERVICE