Istilah salaf lahir ketika terjadi perselisihan diantara firqah-fiqah kalamiyah
mengenai masalah-masalah ushuludin. Semuanya mencoba menamakan dirinya sesuai
as-salafush-shalih. Karena itu wajar bila kemudian lahir kaidah-kaidah yang
jelas bagi golongan salaf sehingga mereka dapat dibedakan dengan firqah-firqah
lainnya yang mengaku salaf.
Dikatakan, lahirnya "Istilah salaf" (bukan "lahirnya salaf"), sebab "As-Salaf"
mengandung pengertian orang-orang terdahulu. Adapun orang yang paling terdahulu
terdahulu bagi umat Muhammad shallallahu'alaihi wa sallam ialah para shahabat
radliyallahu'anhum disusul kemudian oleh tabi'un dan atba'ut-tabi'in[1].
Dengan demikian madzab salaf berarti madzab para shahabat radliyallahu'anhum
serta para pengikutnya hingga akhir zaman. Jadi, "As-Salaf" sebenarnya
bukan merupakan madzab baru. Ia telah ada semenjak zaman Rasullullah shallallahu'alaihi
wa sallam. Hanya istilah dan penamaannya saja yang baru muncul dan menjadi
tekenal di kemudian hari. Sebagaimana halnya Ahlus-Sunnah[2],
ia juga merupakan madzab para shhabat radliyallahu'anhum. Tetapi, istilah
Ahlus sunnah baru terkenal setelah berkembangnya fitnah dalam
masalah ushuluddin. Dan hakikatnya, istilah salaf merupakan istilah lain dari
Ahlus-Sunnah, Ahlul-Hadits serta Ahlul jama'ah[3].
TA'RIF
SALAF
Menurut bahasa: Syaikh Muhammad Abdul Hadi Al-Misri- yang
menukil dari lisanul Arab menyebutkan[4]
bahwa, "As-Salaf" ialah orang-orang yang telah terdahulu dari kalangan bapak
moyang anda, termasuk pula seluruh kerabat anda yang umur maupun kedudukannya
lebih tinggi daripada anda. Sedangkan dalam Mukhtarus-Shahih disebutkan pula
bahwa, Salaf nya seseorang berarti para nenek moyang yang terdahulu[5].
MENURUT
ISTILAH
Para ulama berbeda pendapat tentang siapakah sebenarnya As-Salafush Shalih
itu. Berkenaan dengan ini, Syaikh Abdul Almisri mengangkat beberapa perbedaan
pendapat ulama tersebut, diantaranya:[6]
- Al qolsyani berpendapat: "As-Salafus Shalih adalah generasi pertama, yaitu
generasi yang ilmu-ilmunya benar-benar meyakinkan. Mereka adalah orang-orang
yang senantiasa menjadikan petunjuk nabi Salallahu 'alaihi wa sallam,
sebagaii petunjuknya. Merekalah pemelihara sunnah nabawiyah. Mereka adalah
orang-orang yang dipilih Allah Ta'ala khusus untuk menjadi sahabat Nabi-Nya,
menjadi penegak diinullah dan telah diridhoi sebagai para imam para umat.
Mereka pun telah mencurahkan segenap jiwa raga dalam rangka mencari mardhotillah.
Allah Ta'ala telah benar-benar memberikan pujian kepada mereka didalam kitab-Nya
…..Oleh karena itu, wajib mengikuti ilmu yang telah disampaikan oleh mereka
dan wajib pula mengikuti jejak-jejak tindakan mereka serta memohonkan ampun
bagnya."
- Al-Adawi, dalm Al-Hisyiyah membatasi pengertian saaf hanya pada para sahabat,
berdasar apa yang telah dikatakan oleh ibnu Naji:" As-Salafush-Shalih ialah
sifat lazim (mesti) hanya bagi para sahabat dan tidak seorangpun selain mereka
yang dapat disifati sebagai as-salaf."
- Semantara Al-Bajuri berpendapat lain beliau mengatakan," Yang dimaksud orang
salaf adalah orang-orang yang terdahulu dari kalangan para nabi, sahabat,
tabi'in, dan atba'ut-tabi'in terutama empat imam mujtahid."
- Syaikh Mahmud Khafaji mengatakan, bahwa tidaklah cukup hanya dengan memberi
batasan waktu semata dalam mendefinisikan para salaf.
- Akan tetapi, mestilah ada prinsip lain, yaitu kesesuaiaan dengan alkitab was-Sunnah.
Oleh karena itu barangsiapa, yang ra'yunya bertentangan dengan al-kitab Was-Sunnah
berarti dia bukanlah seorang salafi. Walaupun hidup ditengah-tengah para sahabat,
tabi'in dan tabi'ut tabi'in."
- Menurut kesimpulan Syaikh Ibnu Hajar Al-Qathari:" Berdasarkan kenyataan ini,maka
yang disebut dengan madzab salaf ialah apa yang ditempuh oleh para sahabat
radliyallahu 'anhum, para tabi'in yang mengikuti mereka dengan ihsan hingga
hari pembalasan, at ba'ut- tabi'in, serta para imam yang telah terbukti keimamahannya
dan telah dikenal kedudukan agungnya dalam ad diin serta orang-orang pun telah
sepakat (bisa) menganbil perkataannya. Seperti imam yang empat, Sufyan Ats-Tsauri,
Al-Laist bin sa'd, Abdullah bin Al mubarak, Ibrahim An-Nakha'i, Al-Bukhari,
Muslim dan semua pemilik kitab As-Sunnan, selain para ahlul bid'ah, atau orang-orang
yang dikenal dengan julukan yang tidak baik, seperti Khawarij, Rafidhah, Murji'ah,
Jabariyah, Jahmiyah, dan mu'tazilah
Dari beberapa pernyataan ulama diatas, akhirnya Syaikh Muhammad Abdul hadi
al misri menyimpulkan bahwa as-salaf adalah istilah yang digunakan untuk menyebut
para imam terdahulu dari kalangan tiga generasi pertama yang diberkahi, terdiri
dari para sahabat, tabi'in dan tabi'ut tabi'in sebagaimana tersebut dalam
hadist riwayat Al-Bukhari, yang artinya:
"Sebaik-baik
generasi adalah generasiku, kemudian yang sesudah mereka, kemudian sesudah
lagi. Sesudah itu datang orang-orang kesaksian salah seorang diantara mereka
mendahului sumpahnya dan sumpahnya mendahului kesaksiannya."
Dengan demikian, setiap iltizam kepada aqidah pemahaman, serta landasan para
imam tersebut, berarti ia di nisbatkan sebagai pengikut mereka (salaf), walaupun
tempat serta masanya saling berjauhan. Sebaliknya, siapa yang tidak sejalan
dengan mereka, maka ia tidak termasuk golongan mereka sekalipun hidup bersama-sam
di satu tempat atau satu masa."
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengertian salaf atu ulama salaf ialah
para sahabat radliallahu'anhum, atau para sahabat dan tabi'in, atau sahabat
tabi'un dan atba'ut-tabi'in atau siapa saja yang ittiba' kepada manhaj mereka.
Minimalnya, setiap orang yang ittiba' kepada para manhaj sahabat, tabi'in
atau atba'ut tabi'in disebut sebagai pengikut salaf atau salafi.
Wallahu
A'lam
Ibnu
'Asif
[1]
Qwa'id Al-Manhaj As-Salafi wa An-Nasqil Islami fi Masa'il Al-Uluhiyah
wa-Al'alam wa Al-Insan 'inda SyaikhilIslam Ibnu Taymiyah , Dr. Mustafa
Hilmi, Dar Al-Anshar-Cairo, cet. 1 1396H, hal.35.
[2]
Perhatikan Ahlus-sunnah wal Jama'Allah Ma'alim Al-Inthilaqatil Kubra,
Muh, Abdul hadi Al-Misri, Dar Thayyibabh-Ruyadh, Cet, IV, 1409H, Hal 37.
[3]
Perhatikan,ibid, hal, 43-51.
[4]
Ibid, hal51.
[5]
Mukhtarush-Shihah; ImamAr-Razi, Dar Al-Kitab Al-'Arabi- Beirut, Cet, I
1967 M hal 309
[6]
Muh. Abdul Hadi Al misri; Ahlus Shunnah Al-Ma'alim, hal 51.52