11 November, 2015

Kondisi Kerancuan Pola Pikir Di Dunia Islam


Sedikitnya ada lima gerakan aliran-aliran sesat yang mengacaukan pemahaman Ummat Islam terhadap agamanya di seluruh dunia sekarang ini; yaitu:

1). Khawarij, yaitu aliran sesat yang mempunyai ajaran pokok dalam dua prinsip:

a). Menganggap kafir seorang Muslim ketika dia terjatuh pada perbuatan maksiat (baik dosa besar maupun dosa kecil).

b). Memberontak kepada pemerintah Muslimin ketika melihat pelanggaran-pelanggaran Syari'ah Islamiyah pada pemerintah tersebut. Karena pemerintah itu dianggap telah kafir dengan berbagai pelanggarannya. Biasanya kelompok pergerakan yang beraliran demikian ini sering diistilahkan sebagai kelompok takfiri (yaitu kelompok yang suka mengkafirkan orang Islam).

2). Syi'ah, yaitu aliran sesat yang berusaha menampilkan diri sebagai pencinta Ahlul Baitin Nabi (yakni ahli keluarga Nabi Muhammad shallallahu `alaihi wa alihi wa sallam dan sering disingkat dengan istilah Ahlul Bait). Tetapi kesesatan mereka ini bukanlah pada slogan “Kecintaan kepada Ahlul Bait”, melainkan kesesatan mereka itu ada pada beberapa prinsip ajaran mereka sebagai berikut ini: 
a). Membatasi pengertian Ahlul Bait hanya pada Fathimah Az-Zahra' (putri Nabi Muhammad ), dan suaminya yaitu Ali Bin Abi Thalib radliyallahu `anhu, kedua anaknya yaitu Hasan dan Husain ibna Ali bin Abi Thalib, putra Husain bin Ali bin Abi Thalib yaitu Ali Zainal Abidin, putra Ali Zainal Abidin yaitu Muhammad Al-Baqir, putra Muhammad Al-Baqir yaitu Ja'far As-Shadiq, putranya yaitu Musa Al-Kadzim, dan putra Musa Al-Kadzim yaitu Ali Ar-Ridla dan seterusnya yang sering diistilahkan dengan Imam Dua Belas atau Imam yang Tujuh bagi Ismailiyah ketika memilih Imam Ismail bin Muhammad Al-Bagir sebagai Imam Mahdi. Pembatasan demikian tentunya mengakibatkan penyikapan yang keliru terhadap Ahlul Bait. Yaitu sikap ghuluw (melampaui batas dalam mengkultuskan para tokoh tersebut dan merendahkan para tokoh lainnya dari Ahlul Bait lainnya yan tidak mereka katagorikan sebagai Ahlul Bait). Padahal Ahlul Bait itu adalah segenap istri-istri Nabi Muhammad shallallahu `alaihi wa alihi wa sallam, segenap putra-putri beliau, Sayyidina Ali bin Abi Thalib dan segenap anak turunannya, bahkan segenap Bani Hasyim yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjalan di atas ajaran-ajaran Nabi shallallahu `alaihi wa alihi wa sallam dan mati di atasnya.

b). Mengingkari rukun iman keenam (yakni mengingkari keimanan kepada taqdir baik dan buruknya). Pengingkaran tersebut demikian permanennya dengan adanya keyakinan di kalangan mereka, apa yang dinamakan keyakinan Al-Badaa' (yaitu keyakinan bahwa Allah menentukan segala kejadian yang akan terjadi, tetapi ketentuan itu akan berubah disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang terjadi. Karena Allah tidak mengetahui apa yang akan terjadi, maha suci Allah dari apa yang mereka sifatkan).

c). Mengingkari keimanan kepada sifat-sifat Allah yang maha mulia.

d). Meyakini bahwa Al-Qur'an itu adalah makhluk Allah dan bukan Kalamullah (omongan Allah Ta'ala). Akibat dari keyakinan ini mereka yakini pula bahwa Al-Qur'an telah dikurangi dan ditambah oleh tangan-tangan pengkhianat dan nanti di akhir zaman akan keluar Al-Qur'an asli yang dinamakan Mushaf Fathimah, yang akan dibawa oleh Imam Mahdi menurut keyakinan mereka. Dan masih banyak keyakinan kufur lainnya.
Kelompok dan aliran ini sering dinamakan juga Ar-Rafidhah, karena kelompok ini sangat anti para Shahabat Nabi shallallahu `alaihi wa alihi wa sallam, menolak untuk mendoakan kebaikan bagi para Shahabat tersebut bahkan mendoakan kutukan kepada mereka, terutama Abu Bakar As-Siddiq, Umar bin Al-Khatthab, Utsman bin Affan, ‘A'isyah Ummul Mu'minin, Abu Hurairah, Hafshah bintu Umar Ummul Mu'minin, Mu'awiyah bin Abi Sufyan radliyallahu `alaihim ajma'in. Dan para Shahabat yang lainnya yang terlibat langsung dalam penulisan Al-Qur'an dan periwayatan hadits Nabi shallallahu `alaihi wa alihi wa sallam. Dengan demikian mudah dipahami bahwa hakikat kebencian mereka adalah dalam rangka meruntuhkan kepercayaan Ummat Islam terhadap Al-Qur'an dan Al-Hadits, karena para penulisnya dan para periwayatnya adalah orang-orang yang diopinikan sebagai pengkhianat Rasulullah dan Ahli Baitnya.

3). Mu'tazilah, yaitu aliran sesat yang sangat mengagungkan logika dan filsafat bahkan lebih dari pengagungan terhadap Al-Qur'an dan Al-Hadits. Aliran ini membuka pintu bagi arus penetrasi (perembesan) filsafat Yunani kuno yang atheis itu ke dalam pemahaman Ummat Islam terhadap agamanya. Dari aliran ini muncullah Ilmu Kalam, yaitu ilmu yang berusaha memahami sifat-sifat Allah Ta'ala dengan teori-teori filsafat yang notabene materialistis itu. Dari ilmu ini muncul berbagai kerancuan dan kebingungan Ummat Islam dalam memahami agamanya, dan bahkan banyak dari mereka terjatuh pada atheisme karenanya atau minimal apatis terhadap kewajiban mengenali Tuhannya dengan benar. Pihak imperialis Barat sangat berkepentingan untuk menumbuh suburkan aliran ini di Dunia Islam, karena aliran ini membangkitkan semangat mengagumi budaya Barat untuk menumbuh suburkan budaya nenek moyang Barat di kalangan Ummat Islam, yaitu Yunani Kuno yang materialis.

4). Tasawwuf, yaitu aliran sesat yang sangat mengagungkan perasaan dan khayalan dalam beragama. Melalui aliran ini terbukalah pintu sinkretisme (percampuran) antara Islam dengan berbagai agama yang lainnya. Seperti kependetaan Nasrani, bhiksuisme Budha, penyiksaan diri model Hindu, berbagai cerita khayal Animisme, pemujaan dan penyembahan api dari agama Zoroaster (agama Persia), dan masih banyak lagi sampah agama-agama Paganisme (keberhalaan) yang menjadi polusi terhadap kemurnian Islam.

5). Asy'ariyah / Maturidiyah, yaitu aliran sesat yang amat mengagungkan Ilmu Kalam dalam bertauhid dan mengagungkan Ilmu Mantiq dalam memahami fiqih serta membuka peluang sebesar-besarnya untuk kebebasan berfikir tentang upaya memahami Al-Qur'an dan Al-Hadits. Aliran ini memberi peluang untuk tumbuhnya keberanian interpertasi terhadap agama tanpa harus merujuk kepada riwayat-riwayat penafsiran para Shahabat Nabi shallallahu `alaihi wa alihi wa sallam terhadap Al-Qur'an dan Al-Hadits sebagai dua sumber hukum bagi Islam.
Lima aliran sesat tersebut yang membelenggu Dunia Islam dalam memahami agamanya, terus menerus menjadi batu sandungan yang cukup berat bagi perjuangan Ummat Islam dalam menegakkan Syari'ah Islamiyah di bumi Allah Ta'ala. Karena dengan berbagai aliran sesat itu Ummat Islam terus-menerus diperlemah kekuatannya di hadapan musuh-musuhnya dengan berbagai perpecahan intern. Dan semua fitnah aliran-aliran sesat itu merebak pula di kalangan Ummat Islam Indonesia .
Gerakan Tajdid Di Abad Ini 
Setelah sekian lama berjalannya perjuangan tajdid As-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah (lahir pada th. 1115 H – dan meninggal pada th. 1206 H), tentu muncul gerakan tajdid dengan tokoh yang baru untuk memimpin gerakan tajdid di Dunia Islam di masa kini. Karena Rasulullah shallallahu `alaihi wa alihi wa sallam telah menegaskan adanya estafet gerakan tajdid di Ummat ini terus berlangsung sampai hari kiamat. Beliau bersabda:
(tulis hadisnya di Sunan Abi Dawaud hadits ke 4291)
“Sesungguhnya Allah terus menerus membangkitkan untuk Ummat ini pada setiap seratus tahun orang yang akan memperbaharui semangat Ummat ini (untuk kembali) kepada agamanya.” (HR. Abu Dawud dalam Sunannya [hadits ke 4291], Al-Hakim dalam Mustadraknya jilid 4 hal. 422, Al-Khatib Al-Baghdadi dalam Tarikhnya jilid 2 hal. 61, Al-Baihaqi dalam Ma'rifatus Sunan wal Atsar jilid 1 hal. 137, dan lain-lainnya, SHAHIH).
Orang yang dibangkitkan oleh Allah Ta'ala untuk melakukan gerakan tajdid tersebut dinamakan Mujaddid. Dan gerakan tajdid tersebut menjalankan misi sebagaimana yang diterangkan oleh Rasululllah shallallahu `alaihi wa alihi wa sallam dalam sabdanya sebagai berikut:
(tulis haditsnya di Sunan Al Baihaqi jilid 10 hal. 209)
“Misi penyebaran Ilmu agama ini akan diwarisi pada setiap generasi Ummat ini oleh orang-orang terpercaya dari setiap generasi itu, yang menjalankan misi perjuangan membersihkan agama ini dari berbagai penyimpangan orang-orang ekstrim yang melanggar batas agama (seperti Khawarij), dan membantah kedustaan orang-orang sesat (seperti kalangan pengagum ilmu-ilmu filsafat), serta meluruskan pengertian agama yang diselewengkan oleh orang-orang bodoh (seperti para muqallid atau orang yang membebek / bertaqlid kepada madzhab tertentu dalam fiqih).” (Hadits Hasan diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Baihaqi dalam As-Sunanul Kubra jilid 10 halaman 209, dan diriwayatkan pula oleh Al-Imam Al-Aajurri dalam kitab Asy-Syari'ah jilid 1 halaman 272 [Darul Wathan cet. th. 1997, tahqiq Dr. Abdullah Ad-Damiji] dan lain-lainnya).
Adapun Mujaddid di abad ini adalah dua Imam Ahlul Hadits, yaitu: Al-Imam Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz dan Al-Imam Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahumallah. Kedua beliau telah wafat setelah melahirkan segenap Ulama' Ahli Hadits di seluruh Dunia Islam zaman ini sehingga menjadi sebab bangkitnya Da'wah Salafiyah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah sebagi kekuatan besar yang menggerakkan semangat kritik dan koreksi ilmiah terhadap berbagai penyimpangan pemahaman dan pengamalan agama di kalangan Ummat Islam. Dakwah Salafiyah juga sebagai satu satunya kekuatan besar di kalangan Ummat Islam yang mampu menghadang berbagai makar segenap kekuatan orang-orang kafir di dunia terhadap Islam dan Muslimin.

Dari kedua Mujaddid tersebut lahir para Ulama' Ahli Hadits yang memimpin Dakwah Salafiyah Ahlus Sunnah wal Jamaah di seluruh Dunia Islam, seperti As-Syaikh Abdul Muhsin Al-`Abbad hafidhahullah di kota Al-Madinah An-Nabawiyah, As-Syaikh Ahmad An-Najmi hafidhahullah, seorang Ulama' Ahli Hadits di Jizan Saudi Arabiyah, As-Syaikh Muhammad Shalih Al-Utsaimin rahimahullah di kota ‘Unaizah – Qashim Saudi Arabiyah, beliau adalah ahli fiqih di zaman ini yang selama hidup beliau sampai wafatnya telah banyak membimbing para ahli fiqih untuk mengoreksi ijtihad para Ulama' madzhab fiqih dengan Al-Qur'an dan As-Sunnah sesuai pemahaman Salafus Shalih. As-Syaikh Muqbil bin Hadi Al-Wadi'i rahimahullah, seorang Ulama' Ahli Hadits di Yaman yang selama hidupnya sampai wafatnya telah melahirkan para Ulama' / Thullabul Ilmi dan menjadi sebab perubahan besar di negeri Yaman secara keseluruhan, yaitu tampilnya Ahlus Sunnah wal Jama'ah sebagai kekuatan besar yang membuldoser aliran Syi'ah Zaidiyah di Yaman Utara dan aliran Tasawwuf di Yaman selatan. As-Syaikh Rabi' bin Hadi Al-Madkhali hafidhahullah, seorang Ulama' Ahli Hadits di kota Al-Madinah An-Nabawiyah kemudian pindah ke kota Makkah Al-Mukarramah, beliau adalah seorang Ulama' yang membangkitkan kembali di zaman ini penerapan Ilmu Jarh wat Ta'dil (yakni ilmu kritik dan oto kritik terhadap segenap tokoh yang mengajarkan ilmu agama ini). Sehingga tidak ada seorang tokohpun di Dunia Islam yang menyebarkan pemahaman sesat, kecuali mesti berhadapan dengan ketajaman kritikan ilmiah beliau.

Demikian pula pergerakan Islam yang terjadi di Indonesia , dengan munculnya kembali Dakwah Salafiyah khususnya sejak tahun 1990. Berbagai pergerakan itu mengalami pula koreksi total terhadap berbagai pola pikir yang menjadi pijakan beraneka ragam pergerakan yang mengharu biru perjuangan Ummat Islam untuk menegakkan Syari'ah Islamiyah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Tentunya berbagai koreksi tersebut dilakukan dengan jalur-jalur ilmiah walaupun sempat juga menimbulkan keributan di kalangan kaum pergerakan dan kekesalan terhadap para da'i Salafi. Karena berbagai kritiknya terhadap berbagai pola pikir pergerakan Islam itu, dinilai oleh kaum pergerakan sebagai caci makian terhadap sesama Muslimin dan mengganggu ukhuwah Islamiyah. Kaum pergerakan sempat pula mengisolasi Dakwah Salafiyah Ahlus Sunnah wal Jama'ah dari kebanyakan masyarakat Muslimin dengan cara mengopinikan bahwa kalangan Salafiyyin Ahlus Sunnah wal Jama'ah itu eksklusif (menyendiri) dari kaum Muslimin dan acuh tak acuh terhadap segenap perjuangan kaum Muslimin. Gerakan pembentukan opini ini digalang demikian gencarnya karena memanfaatkan berbagai benturan yang terjadi di kalangan kaum Muslimin dengan para Salafiyyin akibat kesenjangan Ilmu agama antara kaum Muslimin pada umumnya dengan kalangan Salafiyyin tersebut. Bahkan diopinikan pula oleh kaum pergerakan bahwa gerakan Dakwah Salafiyah itu adalah kaki tangan zionis Yahudi yang sengaja dimunculkan di kalangan Ummat Islam untuk memecah belah persatuan Ummat Islam. Diopinikan pula oleh mereka bahwa Dakwah Salafiyah itu anti jihad dan hanya mementingkan belajar ilmu agama dan pembersihan Tauhid.

Tetapi Dakwah Salafiyah Ahlus Sunnah wal Jamaah terus mensosialisasikan ilmu dan amal dengan Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya di segenap wilayah Indonesia . Semakin banyak pula kalangan Muslimin yang kemudian tertarik belajar dan beramal dengan pemahaman Ahlus Sunnah wal Jama'ah ini. Bahkan berbagai penerbit buku-buku agama Islam semakin banyak pula menerbitkan buku-buku terjemahan bahasa Indonesia dari berbagai karya tulis para Ulama' Ahlul Hadits dulu dan sekarang. Berbagai halaqah ilmiah yang mengkaji kitab-kitab Ulama' Salaf semakin semarak di masjid-masjid, kampus-kampus, dan kampung-kampung. Ummat Islam pun semakin besar harapannya kepada Dakwah Salafiyah sebagai alternatif baru untuk memecahkan berbagai problem perjuangan menegakkan Syari'ah Islamiyah yang terus menerus dirundung perpecahan dan pertikaian diantara sesama pejuang. Isolasi kaum pergerakan terhadap Dakwah Salafiyah semakin tidak mampu membendung arus perubahan pada kaum Muslimin yang penasaran dengan konsepsi perjuangan Ahlus Sunnah wal Jama'ah. Dan kaum pergerakan yang anti pati terhadap Dakwah Salafiyah semakin panik melihat semakin besarnya sambutan kaum Muslimin terhadap dakwah ini. Tentu kepanikan mereka itu karena mengerti bahwa bila kaum Muslimin semakin mengenal dan memahami pola pikir Da'wah Salafiyah ini, niscaya kaum Muslimin akan mengoreksi dengan tajam berbagai pergerakan Islam yang centang perenang dengan berbagai penyimpangan itu. Ummat Islam bila memahami pemahaman Salafus Shalih, maka mereka akan semakin cerdas dan kritis dalam memahami agamanya. Sehingga tidak mudah ditunggangi dan dieksploitir untuk kepentingan sesaat atau kepentingan pihak tertentu yang sedang memperjuangankan kepentingan pribadinya atau kelompoknya dan bukan kepentingan agama, bangsa dan negaranya.
P E N U T U P 
Demikianlah pasang surut perjuangan menegakkan Syari'ah Islamiyah di Indonesia yang ternyata tidak bisa dilepaskan dengan berbagai perubahan yang terjadi di Dunia Islam secara keseluruhan. Syari'ah Islamiyah yang bisa ditegakkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia hanyalah bila Ummat Islam mau mengembangkan semangat dialog penuh persaudaraan di antara mereka dan mau membuka diri bagi upaya koreksi secara ilmiah terhadap berbagai pemahaman terhadap agamanya untuk dikembalikan kepada Al-Qur'an dan Al-Hadits dengan pemahaman para Salafus Shalih, para Khulafaur Rasyidin (Abu Bakar As-Siddiq, Umar Al-Faruq, Utsman Dzun Nurain, dan Ali bin Abi Thalib radliyallahu `anhum ajma'in), para Imam Ahlul Hadits (seperti Imam Malik bin Anas, Imam Syafi'i, Imam Ahmad bin Hanbal, Imam Sufyan Ats-Tsauri dan lain-lainnya rahimahumullahu ajma'in). Kalaupun tidak semua Ummat Islam yang mau diajak berdialog dengan cara demikian, maka dialog harus dimulai dikembangkan di kalangan Ummat Islam yang telah membuka diri untuk itu. Semoga dengan dimulainya semangat dialog di kalangan tertentu itu, akan semakin luaslah masyarakat Muslimin yang bersedia membuka semangat dialog itu. Inilah jalan keluar dari berbagai kerugian dan kekalahan yang diderita Ummat Islam sebagaimana yang dinyatakan oleh Allah dalam firman-Nya di Surat Al-Ashr ayat 1 – 3:

“Demi masa, sesungguhnya manusia dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal Shaleh, dan saling berwasiat kepada kebenaran dan saling berwasiat kepada kesabaran (yakni dialog untuk bantu membantu memahami dan mengimani kebenaran Islam, dan dialog untuk saling mengingatkan agar tetap sabar dalam menempuh jalan kebenaran walaupun menghadapi berbagai kendala dari musuh-musuh kebenaran).” (Al-Ashr: 1 – 3)
Dengan dialog yang demikian inilah Ummat Islam akan berangsur-angsur menyusun persatuan dan kesatuannya di atas ajaran Al-Qur'an dan As-Sunnah dengan makna yang sesungguhnya. Dan yang demikian itulah persatuan dan kesatuan yang kokoh. Dan hanya dengan jalan yang demikian inilah kemenangan dari Allah akan turun, dan di saat itulah Syari'ah Islamiyah akan tegak penuh wibawa di bumi Indonesia . Wallahu A'lamu bis Shawab.
DAFTAR PUSTAKA: 
1). Al-Qur'an Al-Karim.
2). As-Sunanul Kubra, Al-Imam Abu Bakar Ahmad bin Al-Husain bin Ali Al-Baihaqi, Darul Fikr, tanpa tahun.
3). Kitabus Syari'ah, Al Imam Abu Bakar Muhammad bin Al Husain Al Aajurri, Darul Wathan – Riyadl, cet. th. 1997, tahqiq Dr. Abdullah bin Umar bin Sulaiman Ad Damiji.
4). Sunan Abi Dawud, Al-Imam Abu Dawud Sulaiman bin Al-Asy'ats As-Sijistani Al-Azadi, Darur Rayyan Lit Turats, cet. th. 1988.
5). Ma'rifatus Sunan wal Atsar, Al-Imam Abu Bakar Ahmad bin Al-Husain bin Ali Al-Baihaqi, Darul Kutub Al Ilmiyah- Beirut / Libanon, cet. th. 1991.
6). Al-Mustadrak `alas Shahihain, Al-Imam Abu Abdillah Al-Hakim An-Nisaburi, Darul Fikr – Beirut / Libanon, cet. th. 1978.
7). Tarikh Baghdad, Al-Hafidh Abu Bakar Ahmad bin Ali Al-Chatib Al-Baghdadi, Darul Fikr – Beirut / Libanon, tanpa tahun.
8). As-Syaikh Abdul Aziz Ar-Rasyid Siratu Hayatihi, Dr. Ya'qub Yusuf Al Haji, Markaz Al-Buhuts wad Dirasat Al-Kuwaitiyah, cet. th. 1993.
9). Al-Muyassarah fil Aadab wal Madzahib wal Ahzabil Mu'ashirah, isyraf wa takhtith wa muraja'ah Dr. Mani' bin Hammad Al-Juhni, Darun Nadwah Al-‘Alamiyah Lit Tiba'ah wan Nashr wat Tauzi', cet. ketiga th. 1418 H.
10). Syaikh Ahmad Syurkati Pembaharu & Pemurni Islam Di Indonesia, Pustaka Al-Kautsar, cet. I, th. 1999.
11). Dari Perbendaharaan Lama, Prof. Dr. Hamka, Penerbit Pustaka Panjimas – Jakarta , cet. th. 1982.
12). Perang Paderi Di Sumatera Barat, Muhamad Rajab, Diterbitkan oleh Perpustakaan Perguruan Kementerian P. P. dan K, cet. th. 1954.
13). Piagam Jakarta 22 Juni 1945, H. Endang Saifuddin Anshari, Pustaka – Perpustakaan Salman ITB – Bandung , cet. th. 1401 H / 1981 M.
14). Risalah Seminar Masuknya Islam Ke Indonesia , Diterbitkan oleh Panitia Seminar Sejarah Masuknya Islam Ke Indonesia – Medan , cet. th.1963.
15). Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900 – 1942, Dr. Deliar Noer, LP3ES – Jakarta , cet. kedelapan, th. 1996.
16). Partai Islam Di Pentas Nasional, Dr. Deliar Noer, Penerbit Mizan – Bandung , cet. II th. 1420 H / 2000 M.
17). Peranan Tgk. M. Daud Beureu – Eh Dalam Pergolakan Aceh, M. Nur El-Ibrahimy, Penerbit Media Da'wah – Jakarta , cet. th. 1422H / 2001 M.
18). Pemikiran Politik Proklamator Negara Islam Indonesia S. M. Kartosoewirjo, Al-Chaidar, Penerbit Darul Falah – Jakarta , cet. th.1420 H / 1999 M

FREE WORLDWIDE SHIPPING

BUY ONLINE - PICK UP AT STORE

ONLINE BOOKING SERVICE