Allâh Ta'âla berfirman:

Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.(QS. Thaha/20:132)
Ini merupakan perintah dari Allâh Ta'âla kepada
Nabi-Nya Muhammad shallallâhu 'alaihi wa sallam. Apapun yang Allâh
Ta'âla perintahkan kepada Nabi-Nya berarti itu juga sekaligus perintah
bagi ummatnya selama tidak ada dalil yang menunjukkan pengkhususannya
bagi Nabi Muhammad shallallâhu 'alaihi wa sallam. Perintah ini, tidak
ada dalil yang menunjukkan pengkhususannya berdasarkan kesepakatan para
Ulama.
Oleh karena itu, wajib bagi setiap orang tua untuk
benar-benar memperhatikan anak-anak mereka, mengawasi mereka dengan
pengawasan yang ketat dalam perkara shalat ini. Karena shalat adalah
rukun yang terpenting setelah dua kalimat syahadat.
Tentunya, ini dilakukan oleh orang tua setelah dia
sendiri menjaga shalatnya dengan penuh perhatian, sabar dan terus
berusaha sabar dalam melaksanakannya, hingga dia menjadi contoh yang
baik bagi anak-anaknya. Kemudian setelah itu, dia mengawasi, memberi
semangat putra-putri mereka dalam menunaikan dan menjaga shalat
tersebut, sebagaimana yang deperintahkan oleh Allâh Ta'âla.
Ayat yang mulia di atas menunjukkan dua maqam (kedudukan) penting yang harus direalisasikan:
Pertama; Maqam memperhatikan diri
sendiri yang diwujudkan dengan menjaga shalat dan bersabar dalam
melaksanakannya. Karena ada banyak hal di dunia ini yang bisa
memalingkan dan menyibukkan orang dari melaksanakan dan menjaga shalat
tepat pada waktunya. Ada yang terlalaikan oleh tidurnya, yang lain
terkalahkan oleh rasa malas, yang lain lagi tersibukkan oleh permainan
dan perbuatan sia-sia lainnya.
Intinya, yang melalaikan itu sangatlah banyak
sementara untuk menggapai maqam (kedudukan/peringkat) ini diperlukan
kesabaran dan keseriusan agar bisa menjadi orang yang selalu
melaksanakan shalat dan selalu menjaganya. Karena maqam ini memerlukan
kontinuitas (kesinambungan) tanpa ada rasa bosan dan lelah, maka tidak
banyak orang yang bisa bertahan pada maqam ini.
Al-Hâfizh Ibnu Hajar –rahimahullâh– saat menjelaskan hadits:
أَيُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلى اللهِ قَالَ: الصَّلاةُ عَلى وَقْتِها قَالَ: ثُمَّ أَيّ قَالَ: ثُمَّ بِرُّ الْوالِدَيْنِ
Amalan apakah yang paling disukai oleh Allâh
Ta'âla? Nabi shallallâhu 'alaihi wa sallam bersabda, ‘Shalat pada
waktunya.’ Sahabat bertanya, ‘Kemudian apa?’ Nabi shallallâhu 'alaihi wa
sallam bersabda, ‘Kemudian berbakti kepada orang tua.’
Beliau –rahimahullâh– berkata, “… hanya
saja kesabaran dalam menjaga shalat dan melaksanakannya tepat pada
waktunya, juga kesabaran dalam menjaga bakti kepada orang tua merupakan
perkara yang harus terus menerus dilakukan, dan tidak ada yang mampu
bersabar dalam melakukannya kecuali orang-orang yang sangat jujur dalam
keimanannya.”[2]
Kedua; Maqam memperhatikan
orang-orang yang berada dibawah tanggung jawabnya seperti keluarga dan
anak-anaknya. Maqam ini diwujudkan dengan mendidik mereka agar menjaga
dan memperhatikan shalat, dan selalu memonitor mereka dalam permasalah
yang agung ini.
Semakna dengan ayat yang mulia di atas yaitu hadits
yang diriwayatkan oleh Abu Daud (di dalam Sunannya) dari hadist Abdullah
bin Amru bin Ash –radhiyallâhu 'anhu– bahwasanya Nabi shallallâhu 'alaihi wa sallam pernah bersabda:
مُرُوا أوْلادَكُمْ بِالصَّلاةِ وَهُمْ أبْنَاءُ سَبْعِ
سِنِيْنَ ، وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا ، وَهُمْ أبْنَاءُ عَشْرٍ ،
وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ
Perintahkanlah anak-anak kalian untuk melakukan
shalat ketika mereka berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka saat
mereka berumur sepuluh tahun jika mereka meninggalkannya, serta pisahkan
mereka (antara laki dan perempuan) ditempat tidur.[3]
