Latest Products

Tampilkan postingan dengan label Akhlak. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Akhlak. Tampilkan semua postingan


  • act_elgharantalyBelajar bicara mungkin hanya butuh beberapa bulan, tapi belajar diam butuh waktu seumur hidup.

    Tidak semua perlu dikomentari. Setiap orang punya sudut pandang berbeda memahami dan menjalankan hidup.

    Idul fitri adalah kesempatan bertemu dan berinteraksi dgn banyak orang. Pastikan tidak ada yang terluka hanya karena pertanyaan iseng atau basa-basi.

    Sen @senyumsyukur
    Penulis #ApaKabarRindu#CintadanKehilangan
Allah berfirman:
Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun, bersyukurlah pada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. (QS. Luqman: 14)
Hadits pertama:
Dari Abu Hurairoh ia berkata: "Rasulullah bersabda: "Seorang anak tidak dapat membalas ayahnya, kecuali anak tersebut mendapati ayahnya menjadi budak kemudian ia membelinya dan memerdekakannya". (HR. Muslim dan Abu Dawud).
Makna hadits tersebut adalah bahwa seorang anak tidak dapat membalas jasa ayahnya, kecuali jika anak tersebut mendapati ayahnya sebagai budak yang dimiliki oleh orang lain kemudian ia memerdekakannya, yakni membebaskan dari perbudakan dan perhambaan dari orang lain (tuannya) sehingga ayahnya menjadi orang yang merdeka karena memerdekakan budak itu adalah pemberian yang paling utama yag diberikan oleh seseorang kepada yang lain.
Hadits kedua:
Dari Abdullah Bin Mas'ud berkata: "Aku bertanya kepada Rasulullah: "Amalan apakah yang dicintai oleh Allah" Beliau menjawab: "Sholat pada waktunya. Aku bertanya lagi: "Kemudian apa" Beliau menjawab: "Berbakti kepada kedua orang tua". Aku bertanya lagi: "Kemudian apa" Beliau menjawab: "Jihad dijalan Allah". (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Hadits ketiga:
Dari Ibnu Umar berkata: Rasulullah bersabda: "Berbaktilah kepada bapak-bapak kamu niscaya anak-anak kamu akan berbakti kepada kamu. Hendaklah kamu menjaga kehormatan niscaya istri-istri kamu akan menjaga kehomatan". (HR. Ath-Thabrani dengan sanad hasan).
Hadits keempat:
Dari Asma binti Abu Bakar ia berkata: "Ibuku mendatangiku, sedangkan ia seorang wanita musyrik di zaman Rasulullah . Maka aku meminta fatwa kepada Rasulullah dengan mengatakan: "Ibuku mendatangiku dan dia menginginkan aku (berbuat baik kepadanya), apakah aku (boleh) menyambung (persaudaraan dengan) ibuku" beliau bersabda: "ya, sambunglah ibumu". (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Imam Syafi'i Rahimahullah berkata: "Menyambung persaudaraan itu bisa dengan harta, berbakti, berbuat adil, berkata lemah lembut, dan saling kirim surat berdasarkan hukum Allah. Tetapi tidak boleh dengan memberikan walayah (kecintaan dan pembelaan) kepada orang-orang yang terlarang untuk memberikan walayah kepada mereka (orang-orang kafir)...."
Ibnu Hajar Rahimahullah bekata: "Kemudian bahwa berbakti, menyambung persaudaraan dan berbuat baik itu tidak mesti dengan mencintai dan menyayangi (terhadap orang kafir walaupun orang tuanya) yang hal itu dilarang di dalam firman Allah : Kamu tidak akan menjumpai satu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya. (Al-Mujadilah: 22), karena sesungguhnya ayat ini umum untuk (orang-orang kafir) yang memerangi ataupun yang tidak memerangi". (Fathul Bari V/ 233).
Dalam kitabul 'Isyrah, Thabrani meriwayatkan dengan sanad yang sampai kepada Sa'ad bin Malik , dia berkata: "Dahulu aku seorang laki-laki yang berbakti kepada ibuku. Setelah masuk Islam, ibuku berkata: "Hai Sa'ad! Apa yang kulihat padamu telah mengubahmu, kamu harus meninggalkan agamamu ini atau aku tidak akan makan dan minum hingga aku mati, lalu kamu dipermalukan karenanya dan dikatakan: Hai pembunuh ibu!" Aku menjawab: "Hai Ibu! Jangan lakukan itu". Sungguh dia tidak makan, sehingga dia menjadi letih. Tindakannya berlanjut hingga tiga hari, sehingga tubuhnya menjadi letih sekali. Setelah aku melihatnya demikian aku berkata: "Hai Ibuku! Ketahuilah, demi Allah, jika kamu punya seratus nyawa, lalu kamu menghembuskannya satu demi satu maka aku tidak akan meninggalkan agamaku ini karena apapun. Engkau dapat makan maupun tidak sesuai dengan kehendakmu". (Tafsir Ibnu Katsir III/791).
Hadits kelima:
Dari Abu Usaid Malik bin Rabi'ah As-Sa'idi berkata: "Ketika kami sedang duduk dekat Rasulullah , tiba-tiba datang seorang laki-laki dari (suku) Bani Salamah lalu berkata: "Wahai Rasulullah, apakah masih ada sesuatu yang aku dapat lakukan untuk berbakti kepada kedua orangtuaku setelah keduanya wafat Beliau bersabda: "Ya, yaitu mendoakan keduanya, memintakan ampum untuk keduanya, menunaikan janji, menyambung persaudaraan yang tidak disambung kecuali karena keduanya, dan memuliakan kawan keduanya". (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban di dalam sahihnya)
Hadits keenam:
Sesungguhnya Allah telah mengharamkan atas kamu (dari perbuatan) durhaka kepada para ibu, mengubur anak perempuan hidup-hidup, menahan apa yang menjadi kewajibanmu untuk diberikan, dan menuntut apa yang tidak menjadi hakmu. Allah juga membenci tiga hal bagi kamu desas-desus, banyak bertanya, dan menyia-nyiakan harta. (HR. Al-Bukhari dan lainnya)

Tentang cara berbakti kepada kedua orangtua yang masih hidup, secara ringkas adalah sebagai berikut:
  1. Mengajak masuk agama Islam jika belum Islam.
  2. Mengajarkannya kepada pemahaman yang benar (Ahlus Sunnah)
  3. Mentaati perintah mereka selama itu bukan maksiat.
  4. Mendahulukan kepentingan mereka daripada kepentingan sendiri, bahkan daripada ibadah yang sunnah.
  5. Membantu mereka dengan harta, membelikan kebutuhan mereka, dll.
  6. Berkata yang baik dan lemah lembut kepada mereka, tidak memanggil langsung dengan namanya, tidak bersuara tinggi dan ketus, dll.
  7. Mendoakan kebaikan untuk mereka, seperti mudah-mudahan mereka mendapatkan hidayah (Islam / sunnah) dan lainnya.
  8. Berbuat baik kepada mereka seperti: melayani kebutuhan mereka, datang jika mereka memanggil dan lain-lain.

Adapun berbakti kepada orang tua setelah mereka wafat, adalah sebagaimana yang tersebut pada hadits di atas yaitu:
  1. Memohonkan ampun untuk mereka jika semasa hidupnya mereka sebagai orang Islam.
  2. Menunaikan janji mereka.
  3. Memuliakan kawan-kawan mereka.
  4. Menyambung persaudaraan kepada kerabat mereka.

----------------
Maraji': As-Sunnah edisi: 08 / Th. IV / 1421 H - 2000 M dan berbagai sumber.
Oleh Abu Bakr Jabir Al-Jazairi
Orang Muslim meyakini bahwa tetangga mempunyai hak-hak atas dirinya, dan etika-etika yang harus dijalankan seseorang terhadap tetangga mereka dengan sempurna, berdasarkan dalil-dalail berikut:
Firman Allah Ta'ala:
"Dan berbuat baiklah kepada ibu-bapak, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat den tetangga yang jauh." (An Nisa':36)
Sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam,
"Jibril tidak henti-hentinya berwasiat kepadaku agar berbuat baik kepada tetangga, hingga aku beranggapan bahwa ia akan mewarisi." (Mutafaq Alaih)
Sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam,
"Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaklah memuliakan tetangganya." (Mutafaq Alaih)
Etika terhadap tetangga aadalah sebagai berikut:
1. Tidak menyakitinya dengan ucapan atau perbuatan, karena sabda-sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berikut:
Sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam
"Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari AKhir, maka janngan menyakiti tetangganya." (Mutafaq Alaih)
Sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam
"Demi Allah, tidak beriman."  Ditanyakan kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam , "Siapakah orang yang tidak beriman, wahai Rasulullah ?"  Beliau bersabda, "Yaitu orang yang tetangganya tidak aman dari gangguannya." (Mutafaq Alaih)
Sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam
"Wanita tersebut masuk neraka."
Sabda di atas ditujukan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam kepada wanita yang konon berpuasa di siang hari dan qiyamul lail di malam hari, namun menyakiti tetangganya.
2. Berbuat baik kepadanya dengan menolongnya jika ia meminta pertolongan, membantunya jika ia meminta bantuan, menjenguknya jika ia sakit, mengucapkan selamat kepadanya jika ia bahagia, menghiburnya jika ia mendapat musibah, membantunya jika ia membutuhkan, memulai ucapan salam untuknya, berkata kepadanya dengan lemah lembut, santun ketika berbicara dengan ayah tetangganya, membimbingnya kepada apa yang di dalamnya terdapat kebaikan agama dan dunianya, melindungi area tanahnya, memaafkan kesalahannya, tidak mengintip auratnya, tidak menyusahkannya dengan bangunan rumah atau jalannya, tidak menyakiti dengan air yang mengenainya, atau kotoran yang dibuang di depan rumahnya.
Itu semua perbuatan baik yang diperintahkan dalam firman Allah Ta'ala, "Tetangga dekat dan tetangga yang jauh." (An Nisa:36)
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda:
"Barangsipa beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaklah ia berbuat baik kepada tetangganya." (Diriwayatkan Al-Bukhari)
3. Bersikap dermawan dengan memberikan kebaikan kepadanya, karena sabda-sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berikut:
Sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam ,
Hai wanita-wanita Muslimah, janganlah seorang tetangga meremehkan tetangganya yang lain, kendati hanya dengan ujung kuku kambing." (Diriwayatkan Al Bukhari)
Sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam kepada Abu Dzar Radhiyallahu 'anhu ,
"Hai Abu Dzar, jika engkau memasak kuah maka perbanyaklah airnya, kemudia berikan kepada tetanggamu." (Diriwayatkan Al Bukhari)
Aisyah radhiyallahu 'anha bertanya kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, "Aku mempunyai dua tetangga, maka yang mana yang berhak akau beri hadiah?"  Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda,
"Kepada orang yang pintu rumahnya lebih dekat kepadamu." (Mutafaq Alaih)
4. Menghormati dan menghargainya dengan tidak melarangnya meletakkan kayu di temboknya, tidak menjual atau menyewakan apa saja yang menyatu dengan temboknya, dan tidak mendekat ke temboknya hingga ia bermusyawarah dengannya berdasarkan sabda-sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berikut:
Sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam ,
"Salah seorang dari kalian jangan sekali-kali melarang tetangganya meletakkan kayu di dinding rumahnya." (Mutafaq Alaih)
Sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam ,
"Barangsiapa mempunyai kebun bersama tetangga, atau mitra, maka ia tidak boleh menjualnya, hingga ia bermusyawarah dengannya." (Mutafaq Alaih)
Ada dua manfaat yang kita dapatkan dari etika-etika di atas:
Pertama:  Seorang muslim mengenal dirinya jika ia telah berbuat baik kepada tetangganya, atau berbuat yang tidak baik terhadap mereka, berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam ,
"Jika engkau mendengar mereka berkata bahwa engkau telah berbuat baik maka engkau memang telah berbuat baik, dan jika engkau mendengar mereka berkata bahwa engkau berbuat salah maka engkau memang telah berbuat salah."  (Diriwayatkan Al Hakim dan ai meng-shahih-kannya).
Kedua:  Jika seorang Muslim diuji dengan tetangga yang brengsek, hendaklah ia bersabar, karena kesabarannya akan menjadi penyebab pembebasan dirinya dari gangguan tetangganya.  Seseorang datang kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam guna mengeluhkan sikap tetangganya, kemudian beliau bersabda kepadanya, "Sabarlah!"  Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda untuk kedua kalinya, ketiga kalinya, atau keempat kalinya kepada orang tersebut, "Buanglah barangmu di jalan."  Orang tersebut pun membuang barangnya di jalan.  Akibatnya, orang-orang berjalan melewatinya sambil berkata,"Apa yang terjadi denganmu?"  Orang tersebut berkata, "Tetanggaku menyakitiku."  Orang-orang pun mengutuk tetangga yang dimaksud orang tersebut hingga kemudian tetangga tersebut datang kepada orang tersebut dan berkata kepadanya, "Kembalikan barangmu ke rumah, karena demi Allah, aku tidak akan mengulangi perbuatanku lagi."  (Diriwayatkan Ahmad)
------------
ditulis ulang dari "Ensiklopedi Muslim"(terjemah: Minhajul Muslim), Abu Bakr Jabir Al-Jazairi. Penerjemah: Fadhli Bahri, Lc. Penerbit: Darul Falah, Jakarta. Cetakan Pertama: Rajab 1421 H /Oktober 2000 M, hal. 148-151
Bismillah Asalamu Alaikum
Istilah “kuno” ataupun “ketinggalan zaman” merupakan gelar atau julukan yang sering dilontarkan oleh kaum muda mudi zaman ini terhadap seseorang yang mereka anggap sok memperhatikan akhlak atau adab Islami. Sebuah kondisi yang sangat disayangkan jika ini terjadi di negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Keadaan yang seperti ini akan bertambah parah terkhusus pada saat umat Islam sudah tidak lagi memperdulikan lagi akhlak dan adab Islami, terlebih slogan “siapa cepat dia dapat”, “siapa kuat dia yang menang” dijadikan sandaran dalam mencari berbagai macam keuntungan dunia. Tentunya kondisi yang seperti ini tidak akan menjadikan suasana dalam hidup semakin tenang, bahkan keadaan ini justru menjadi sebab keterpurukan sebuah negeri. Wal’iyadzu billah…(kita berlindung kepada Allah)
Akhlak dan adab dalam agama ini memiliki kedudukan yang tinggi dihadapan Allah ‘Azza wa Jalla dan rasul-Nya Shallahu ‘alaihi wa Sallam. Tidaklah Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam diutus ke dunia ini kecuali sebagai penyempurna akhlak atau budi pekerti yang mulia, sebagaimana Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda
»إنما بعثت لأتمم مكارم الأخلاق »
” Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia” (HR. Ahmad dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihah no.45)
Dengan akhlak dan adab yang mulia inilah Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam menghiasi hidupnya dalam rumah tangganya, keluarga, di hadapan shahabatnya, dan di hadapan umat secara umum. Termasuk para pembesar-pembesar Quraisy yang kafir ketika saat itu, beliau menyikapi mereka di atas koridor akhlak dan adab yang mulia.
Sebuah pengakuan yang begitu indah dari shahabat Anas bin Malik t sebagaimana telah disebutkan oleh Al-Imam Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya:
“Aku telah berkhidmat (menjadi pelayan) Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam  selama 10 tahun, beliau tidak pernah mengatakan kepadaku “ah” dan tidak pernah bertanya jika aku telah melakukan sesuatu ‘kenapa kamu melakukannya?’, dan pada sesuatu yang tidak pernah aku lakukan beliau tidak mengatakan ‘mengapa kamu tidak melakukannya?’ Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam  adalah orang yang paling baik akhlaknya” (HR. Al-Bukhari no. 3561/Muslim no. 2309)
Hal tersebut merupakan rahmat dan karunia dari Allah ‘Azza wa Jalla yang telah diberikan kepada Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam, sehingga Allah Subhanahu wa Ta’ala mengingatkan besarnya rahmat yang telah diberikan-Nya, sebagaimana firman-Nya :

“Maka disebabkan rahmat dari Allah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka, sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar niscaya mereka akan menjauh dari sekelilingmu, maka maafkanlah mereka dan mohonkan ampun untuk mereka serta bermusyawarahlah dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah betekad bulat, maka bertawakallah! Karena sesungguhmya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya (Ali Imran: 159)

Shahabat ‘Abdullah bin ‘Umar bin Al-Khatthab berkata; “Aku menjumpai sifat Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam  dalam kitab-kitab terdahulu, bahwa beliau tidak pernah berkata kasar, kotor, dan tidak pula berteriak-teriak di pasar serta tidak membalas perbuatan jelek dengan kejelekan, sebaliknya beliau sangat pemaaf ( Tafsir Ibnu Katsir 1/516)
Demikianlah akhlak manusia termulia ini. Tidak ada perkara yang lebih indah dalam sebuah kehidupan jika terwarnai dengan kemuliaan akhlak dan budi pekerti, rasa cinta dan kasih sayang, keharmonisan akan terjalin dalam rumah tangga jika setiap individu atau umat Islam menghiasi dirinya dengan akhlak yang mulia.
Wallahu a’lam bishshawab

Segala puji bagi Allah, kita memuji-Nya, minta tolong kepada-Nya, meminta ampun kepada-Nya, dan bertobat kepada-Nya. Dan kita berlindung kepada Allah dari kejahatan diri-diri kita dan kesalahan amal-amal kita. Barang siapa yang telah diberi hidayah oleh Allah maka tak akan ada yang mampu menyesatkannya dan barang siapa yang telah disesatkan oleh Allah maka tak akan ada yang bisa memberi petunjuk kepadanya. 

Dan saya bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang sebenarnya kecuali Allah saja yang tidak ada sekutu bagi-Nya dan saya bersaksi bahwa Muhammad itu hamba dan utusan-Nya yang diutus oleh Allah dengan membawa petunjuk dan agama yang benar untuk dimenangkan dari agama lainnya seluruhnya, yang diutus oleh Allah Ta’ala sebelum hari kiamat sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan, dan sebagai orang yang mengajak kepada Allah dengan izin-Nya dan sebagai cahaya yang menerangi, lalu dia menyampaikan risalah, menunaikan amanah, menasihati ummat, dan berjihad di jalan Allah dengan sebenar-benarnya jihad sehingga datang keyakinan (kematian) kepadanya. Dan Allah memberi taufiq kepada orang yang dikehendaki-Nya dari kalangan hamba-hamba-Nya lalu mereka menyambut da’wahnya, dan mengambil petunjuk dengan petunjuknya. Dan Allah menghinakan, dengan sifat hikmah-Nya, orang-orang yang dikehendaki dari kalangan hamba-Nya, lalu mereka takabur tak mau mentaatinya, mendustakan semua kabar yang berasal darinya, dan menentang perintahnya, maka mereka akan kembali dengan kerugian dan kesesatan yang nyata.

Saudara-saudara sekalian, saya ingin berbicara kepada kalian tentang akhlak yang baik. Akhlak sebagaimana yang dikatakan oleh para ulama adalah : Gambaran batin manusia, karena manusia punya dua bentuk gambaran : gambaran dhahir, yaitu rangkanya yang Allah telah menjadikan badan di atasnya. Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa gambaran dhahir ini ada yang baik dan bagus ada  yang jelek dan buruk, dan ada pula pertengahan antara keduanya. Yang kedua adalah gambaran batin, inipun ada yang baik dan ada pula yang buruk, serta ada pula yang pertengahan antara keduanya. Inilah ungkapan tentang akhlak.

Jadi kalau demikian akhlak adalah : Gambaran batin yang manusia telah diciptakan di atasnya. Dan sebagaimana akhlak ada yang berupa tabi’at, maka diapun ada yang berupa kasab (hasil usaha). Artinya bahwa sebagaimana manusia telah diciptakan di atas akhlak yang baik dan indah, maka kadang-kadang akhlakpun bisa dicapai dengan jalan usaha dan latihan. Oleh karena itu Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Salam bersabda kepada Al Asyajj Bin Qis :


” Sesungguhnya dalam dirimu adal dua akhlak yang dicintai oleh Allah, yaitu al hilm (kesabaran) dan al anah (kehati-hatian).” Dia bertanya :” Wahai Rasulullah, apakah kedua kahlak itu hasil usahaku ataukah Allah telah menciptakan aku di atas keduanya ?” Beliau Shalallahu ‘Alaihi wa Salam menjawab :” Bahkan Allah telah menciptakanmu di atas keduanya.”[1]

Ini adalah dalil yang menunjukkan bahwa akhlak yang utama bisa berupa tabi’at  bisa juga berupa hasil usaha, akan tetapi tidak diragukan lagi bahwa tabiat lebih baik dari pada hasil usaha, karena akhlak apabila berupa tabiat maka dia akan menjadi kakakter (pembawaan) bagi manusia tidak perlu membiasakan lagi dengan susah payah, tidak perlu membiasakan ikhtiar, akan tetapi ini adalah karunia Allah yang diberikan kepada orang yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang tidak diberi hal ini artinya siapa yang tidak diberi akhlak berupa tabiat maka masih memungkinkan baginya untuk memiliki akhlak dengan cara usaha, dan hal itu bisa dicapai dengan latihan dan membiasakan sebagaimana akan kita jelaskan nanti Insya Allah.

Banyak manusia yang mempunyai pemahaman bahwa akhlak yang baik tidaklah terjadi kecuali dalam pergaulan (muamalah) dengan sesama makhluk bukan muamalah dengan Khaliq (Allah). Akan tetapi ini adalah pemahaman yang pendek karena akhlak yang baik, sebagaimana terjadi dalam muamalah dengan makhluk, juga terjadi dalam muamalah dengan Khaliq. Jadi kalau demikian materi pembahasan akhlak yang baik adalah mencakup muamalah dengan Khaliq dan juga muamalah dengan makhluk.

Lalu bagaimanakah akhlak yang baik dalam muamalah dengan Khlaiq ?

Akhlak yang baik dalam muamalah dengan Khaliq mencakup tiga perkara :

1).    Menerima semua berita dari Allah Ta’ala dengan mempercayainya (membenarkannya).

2). Menerima hukum-hukum-Nya dengan cara melaksanakan dan menerapkannya.

3).    Menerima taqdir-Nya dengan sabar dan ridha.
Oleh Ust : Abu Haidar Assundawy

(Bersambung)

Diterjemahkan dari Kitab Al-Ilmu Karya Syaikh Al-Utsaimin Rohimahulloh

[1] Dikeluarkan oleh Muslim, kitab iman,bab : Perintah beriman kepada Allah Ta’ala dan Rasul-Nya Shalallahu ‘Alaihi wa Salam.
Asy Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu
1. Berbicaralah kamu kepada kedua orang tuamu dengan adab dan janganlah mengucapkan “Ah” kepada mereka, jangan hardik mereka, berucaplah kepada mereka dengan ucapan yang mulia.
2. Selalu taati mereka berdua di dalam perkara selain maksiat, dan tidak ada ketaatan kepada makhluk di dalam bermaksiat kepada sang Khalik.

3. Lemah lembutlah kepada kedua orangtuamu, janganlah bermuka masam serta memandang mereka dengan pandangan yang sinis.

FREE WORLDWIDE SHIPPING

BUY ONLINE - PICK UP AT STORE

ONLINE BOOKING SERVICE