Apa
Akidah Orang Rafidhah Terhadap Para Imam Mereka?
Rafidhah
mendakwakan kema'suman (terjaga dari dosa) bagi para imam, dan
bahwasanya mereka mengetahui hal ghaib. Dinukil oleh Al Kulaini
dalam Usulul Kafi : "Telah berkata Imam Ja'far as Shodiq :
"Kami adalah perbendaharaan ilmu Allah, kami adalah
penterjemah perintah Allah, kami adalah kaum yang maksum, telah
diperintahkan untuk menta'ati kami, dan dilarang untuk menentang
kami, kami adalah hujjah Allah yang kuat terhadap siapa yang
berada di bawah langit dan di atas bumi" 1.
Al
Kulaini meriwayatkan di Al Kafi : Bab "Sesungguhnya para
imam, jika mereka berkehendak untuk mengetahui, maka mereka pasti
mengetahuinya". Dari Jafar ia berkata : "Sesungguhnya
Imam jika ia berkehendak mengetahui, maka ia pasti mengetahui, dan
sesungguhnya para imam mengetahui kapan mereka akan mati, dan
sesungguhnya mereka tidak akan mati kecuali dengan pilihan mereka
sendiri." 2
Khumaini
yang celaka menyebutkan - dalam salah satu tulisannya bahwa para
imam lebih afdhal (mulia) dari para nabi dan rasul, ia berkata
- semoga Allah menghinakannya : "Sesungguhnya imam-imam kita
mempunyai suatu kedudukan yang tidak bisa dicapai oleh malaikat
yang didekatkan, dan tidak pula oleh nabi yang diutus" 3.
Syeikhul
Islam Ibnu Taimiyah berkata : "Orang Rafidhah mendakwakan
sesungguhnya agama ini diserahkan kepada pendeta-pendeta dan
rahib-rahib, maka yang halal itu adalah yang dihalalkan mereka,
dan yang haram itu adalah yang diharamkan mereka, serta agama itu
adalah apa yang mereka syariatkan". 4
Jika
pembaca ingin melihat kekufuran, kesyirikan dan ghuluw (sikap
berlebih-lebihan mereka) -semoga Allah melindungi kita- maka
bacalah syair-syair yang diungkapkan oleh syeikh mereka zaman
sekarang ini yaitu Ibrahim Al Amili, terhadap Ali bin Abi Thalib
-semoga Allah meridhai Ali- :
Abu hasan, engkaulah hakikat Tuhan (yang diibadati),
dan alamat kekuasaan-Nya yang tinggi.
Engkaulah yang menguasai ilmu ghaib,
maka mungkinkah tersembunyi bagimu akan sesuatu yang hasul.
Engkaulah yang mengendalikan poros alam,
bagimu para ulamanya yang tinggi.
Bagimu amar (urusan) bila engkau menghendaki, kau menghidupkan besok,
bila engkau menghendaki kau cabut ubun-ubun.
Ali
bin Sulaiman Al Mazidi mengutarakan syairnya dalam memuji Ali bin
Abi Thalib :
Abu Hasan engkaulah suami orang yang suci,
Dan (engkaulah) sisi tuhan yang diibadati serta jiwa rasul.
Dan (engkaulah) pernama kesempuranaan dan matahari akal,
(engkau) Hamba dari tuhan, dan engkaulah yang Maha Raja.
Engkau dipanggil oleh nabi di hari kadir,
Dan telah menaskan atas dirimu sesuai dengan kejadian Ghadir
Bahwasanya engkau bagi kaum mukminin adalah amir (pemimpin),
dia telah mengkalungkan kepadamu buhul kekuasaannya.
Kepadamulah kembalinya seluruh perkara,
dan engkaulah yang maha mengetahui dengan kadungan dada.
Engkaulah yang akan membangkitkan apa yang ada dalam kubur
Bagimulah pengadilan hari kiamat berdasarkan kepada nas.
Engkaulah yang maha mendengar dan engkaulah yang maha melihat
Engkau atas setiap sesuatu maha mampu.
Kalaulah tidak karena engkau, pasti bintang tidak berjalan
Kalaulah tidak karena engkau, pasti planet tidak berputar.
Engkaulah, dengan setiap makhluk mengetahui,
Engkaulah yang berbicara dengan ahli kitab.
Kalaulah tidak karena engkau, tidak mungkin musa
akan diajak berbicara, Maha suci Dzat yang telah menciptakanmu
Engkau akan melihat rahasia namamu di jagat raya,
Kecintaan terhadap dirimu seperti matahari di atas kening.
Kebencian terhadap dirimu di wajah orang yang membenci,
Bagaikan peniup api, maka tidak akan beruntung yang membencimu.
Siapa itu yang telah ada, dan siapa itu yang ada,
Tidak para nabi dan tidak (pula) para rasul,
Tidak (pula) qalam lauh dan tidak (pula) alam semesta,
(kecuali) Seluruhnya adalah hamba-hamba bagimu.
Wahai Abu Hasan wahai yang mengatur wujud,
(wahai) goa orang yang terusir, dan tempat berlindung pendatang.
yang memberi minum pengagungmu pada hari berkumpul (hari kiamat).
orang yang mengingkari hari berbangkit, adalah orang yang mengingkarimu.
Wahai Abu Hasan wahai Ali yang gagah.
Kesetiaan padamu bagiku di dalam kuburku sebagai tanda penunjuk,
Namamu bagiku dalam keadaan sempit merupakan lambang
Dan kecintaan kepadamu adalah yang memasukkanku ke dalam surgamu
Dengan lantaran dirimu kemulian yang ada pada diriku.
Bila datang perintah Tuhan yang Maha Mulia
Menyeru penyeru, berangkat-berangkat (kematian-kematian).
Dan tidaklah mungkin engkau akan meninggalkan orang yang berlindung denganmu.
Apakah
syi'ir seperti ini diucapkan oleh seorang muslim yang memeluk
agama Islam?, Demi Allah, bahkan sesungguhnya orang-orang
jahiliyah (Kafir) sekalipun belum pernah jatuh dalam kesyirikan
dan kekufuran, terlalu muja-muji / ghuluw seperti yang diperbuat
oleh orang rafidhah celaka ini. 5
--------------------
1
Usulul_Kafi, hal : 165. (mari kita simak apa firman Allah yang
menerangkan tentang sifat nabi Muhammad, Allah berfirman dalam
surat Al An'am ayat 50 : (artinya) : "Katakanlah : "Aku
tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku,
dan tidak (pula) aku mengatakan yang ghaib dan tidak (pula) aku
mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat. Aku tidak
mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku.."(pent).
2
Usulul_Kafi, di dalam kitabul Hujjah : (1/258). (mengetahui mati
dan di mana akan mati itu adalah rahasia yang tidak diketahui
kecuali hanya Allah semata, Allah berfirman dalam surat
Lukman ayat 34, (artinya) : "Sesungguhnya Allah, hanya
pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah
Yang menurunkan hujan dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan
tiada seorangpun yagn dapat mengetahui (denga pasti) apa yang akan
diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di
bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahi lagi
Maha Mengenal." (pent)
3
Hukumatul Islamiyah, Khumaini, (berarti para imam mereka lebih
mulia dari Rasulullah sendiri, apakah perkataan seperti ini boleh
keluar dari mulut seorang muslim yang memeluk agama Islam????
pent)
4
Minhajus Sunnah, oleh Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah (1/482).
5
Penterjemah melihat sendiri bagaimana cara mereka membaca
syair-syair di kuburan baqi' (madinah), dibacakan dan
dinyanyi-nyanyikan oleh kepala regunya, yang lain menangis
dan merapat seperti orang Yahudi meratap di depan dinding mesjid
Aqsha.