Oleh: Syaikh Muqbil bin Hadi
1. Kita beriman kepada Allah, nama-nama-Nya dan sifat-sifat-Nya, menurut apa yang terdapat dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah, tanpa tahrif(menyimpangkan maknanya), mentamtsil (memisalkan dengan makhluk), mentasybih(menyerupakan dengan makhluk) dan tanpa menta’thil (meniadakan atau menghapus sifat itu dari Allah)
2. Kita berkeyakinan bahwa berdo’a kepada orang mati, meminta tolong kepada mereka dan begitu juga terhadap orang yang masih hidup pada masalah yang tidak disanggupi kecuali oleh Allah adalah syirik. Begitu juga keyakinan terhadap jimat-jimat, bahwa dia bisa memberikan manfaat bersama Allah atau tanpa Allah adalah syirik. Dan membawanya tanpa keyakinan adalah khurofat
1. Kita beriman kepada Allah, nama-nama-Nya dan sifat-sifat-Nya, menurut apa yang terdapat dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah, tanpa tahrif(menyimpangkan maknanya), mentamtsil (memisalkan dengan makhluk), mentasybih(menyerupakan dengan makhluk) dan tanpa menta’thil (meniadakan atau menghapus sifat itu dari Allah)
2. Kita berkeyakinan bahwa berdo’a kepada orang mati, meminta tolong kepada mereka dan begitu juga terhadap orang yang masih hidup pada masalah yang tidak disanggupi kecuali oleh Allah adalah syirik. Begitu juga keyakinan terhadap jimat-jimat, bahwa dia bisa memberikan manfaat bersama Allah atau tanpa Allah adalah syirik. Dan membawanya tanpa keyakinan adalah khurofat
3. Kita berpegang dengan dhazir ayat dan Sunnah. Kita tidak
menta’wilkannya kecuali ada dalil yang membolehkan untuk melakukan itu
dari Al-Qur’an dan Sunnah
4. Kita beriman behwa kaum mukminin akan melihat Rabb mereka pada
Hari Akhir tanpa mentakyif (menanyakan bagaimana). Dan kita beriman
dengan syafa’at dan akan dikeluarkannya orang-orang yang bertauhid dari
neraka
5. Kita mencintai para Sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam dan membenci orang-orang yang mencela mereka. Kita meyakini bahwa
menghina mereka berarti menghina agama ini. Karena merekalah yang
membawanya kepada kita. Kita mencintai Ahlul Bait Nabi dengan kecintaan
yang berdasar syariat
6. Kita mencintai Ahlul Hadits dan seluruh para salaf (pendahulu) ummat ini dari kalangan Ahlus Sunnah
7. Kita membenci Ilmu Kalam. Dan kita berkeyakinan bahwa dialah penyebab terbesar perpecahan ummat ini.
8. Kita tidak menerima keterangan dari kitab-kitab fiqih, tafsir,
cerita-cerita lampau dari sejarah Nabi shallallahu alaihi wa sallam,
kecuali yang ditetapkan Allah dan Rasul-Nya. Bukan berarti kita
membuangnya dan tidak butuh kepadanya, tetapi kita mengambilnya dari
kesimpulan para ulama kita yang faham dan yang selain mereka. Dan kita
tidak menerima hukum kecuali yang berdasarkan argumen yang shahih
9. Kita tidak menulis dalam kitab-kitab dan pelajaran-pelajaran kita
serta kita tidak berkhutbah kecuali dengan Al-Qur’an atau Hadits yang
shahih untuk berhujjah. Kita membenci apa yang terdapat dalam kebanyakan
kitab-kitab para pemberi nasehat, yaitu cerita-cerita bohong dan
hadits-hadits lemah, bahkan palsu.
10. Kita tidak mengkafirkan seorang muslim kecuali karena kesyirikan
atau karena meninggalkan shalat atau murtad. Semoga Allah melindungi
kita dari hal-hal itu
11. Kita beriman bahwa Al-Qur’an adalah Kalamullah (ucapan Allah), bukan makhluk
12. Kita berpendapat wajib saling tolong-menolong sesama muslim mana
saja dalam kebenaran. Dan kita berlepas diri dari dakwah-dakwah
jahiliyah
13. Kita berpendapat tidak boleh memberontak terhadap pemerintah
kaum muslimin selama mereka masih muslim. Kita tidak berpendapat bahwa
revolusi adalah cara yang membawa kebaikan, bahkan itu adalah cara yang
merusak masyarakat. Adapun sikap kita terhadap penguasa ‘Aden (Penguasa
yg berhaluan komunis/sosialis), maka kita berpendapat bahwa memerangi
mereka adalah adalah wajib hingga mereka mau bertaubat dari
penyelewengannya, yaitu sosialisme dan mengajak manusia untuk beribadah
kepada Lenin, Karl Mark dan tokoh-tokoh kafir lainnya
14. Kita berpendapat bahwa jama’ah-jama’ah yang baru dan banyak
sekarang ini adalah penyebab perpecahan kaum muslimin dan yang
melemahkan mereka
15. Kita berpendapat bahwa dakwah Ikhwanul Muslimin tidak cocok dan
tidak baik untuk perbaikan masyarakat, karena mereka adalah dakwah
politik, bukan dakwah yang bertujuan untuk memperbaiki jiwa. Dan dia
juga dakwah bid’ah, karena dia adalah dakwah untuk membai’at orang-orang
bodoh. Dan dakwah Ikhwanul Muslimin juga adalah dakwah fitnah, karena
berdiri dan berjalan diatas kebodohan
Kita menasehati sebagian teman-teman kita yang masih bekerja
didalamnya agar mereka segera meninggalkannya, hingga dengan itu dia
tidak menyia-nyiakan waktunya pada masalah yang tidak bermanfaat bagi
Islam dan kaum muslimin. Dan wajib bagi setiap muslim meyakini bahwa
Allah akan menolong Islam dan kaum muslimin melalui tangan muslim mana
saja dan jama’ah mana saja.
16. Adapun tentang Jama’ah Tabligh, silakan Anda membaca penuturan
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab Al Washshabi, beliau berkata:
(a). Mereka mengamalkan hadits-hadits dhaif (lemah), maudhu’ (palsu) dan yang tidak ada asalnya
(b). Tauhid mereka penuh dengan bid’ah, bahkan dakwah mereka
berdasarkan bid’ah, karena dakwah mereka dasarnya adalah Al-Faqra yaitu
khuruj (keluar). Dan ini diharuskan setiap bulan 3 hari. Setiap tahun 40
hari dan seumur hidup 4 bulan. Setiap minggu ada 2 Jaulah…Jaulah
pertama di masjid yang didirikan shalat padanya. Dan yang kedua
berpindah-pindah. Disetiap hari ada 2 halaqah, halaqah pertama di masjid
yang didirikan shalat padanya. Yang kedua di rumah. Mereka tidak senang
terhadap seseorang kecuali bila ia mengikuti mereka. Tidak diragukan
lagi bahwa ini adalah bid’ah dalam agama yang tidak diperbolehkan oleh
Allah
(c). Mereka berpendapat bahwa dakwah kepada tauhid itu memecah belah
(d). Mereka berpendapat bahwa mengajak manusia kepada sunnah itu memecah belah ummat
(e). Pemimpin mereka berkata dengan tegas bahwa: bid’ah yang bisa
mengumpulkan manusia lebih baik daripada Sunnah yang memecah belah
manusia
(f). Mereka menyuruh manusia untuk tidak menuntut ilmu yang bermanfaat secara halus atau terang-terangan
(g). Mereka berpendapat bahwa manusia tidak bisa selamat kecuali
dengan cara mereka. Dan mereka membuat permisalan dengan perahu Nabi Nuh
‘alaihis salam, siapa yang naik akan selamat dan siapa yang tidak naik
akan hancur. Mereka berkata:”Sesungguhnya dakwah kita seperti perahu
Nabi Nuh”. Saya sendiri yang mendengarkannya di Urdun dan Yaman
(h). Mereka tidak menaruh perhatian terhadap Tauhid Uluhiyah dan Tauhid Asma wa Sifat
(i). Mereka tidak mau menuntut ilmu dan berpendapat bahwa waktu yang digunakan untuk menuntut ilmu hanya sia-sia belaka
17. Kita mengikat pemahaman kita dengan Al-Qur’an dan Sunnah
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam yang berdasarkan pemahaman Salaf
(pendahulu) ummat ini dari kalangan ahli hadits tanpa fanatik terhadap
individu mereka, tetapi kita mengambil kebenaran dari orang yang
membawanya. Kita tahu ada orang yang mengaku-ngaku sebagai Salafi
(pengikut Salaf), padahal Salaf berlepas tangan dengan mereka, sebab dia
berteman dengan orang-orang yang menghalalkan apa yang diharamkan Allah
18. Kita berkeyakinan bahwa politik adalah bagian dari agama ini.
Dan orang-orang yang memisahkan antara agama dan politik berarti ingin
menghancurkan Dien (agama) ini dan ingin menyebarkan kekacauan seperti
yang terjadi disebagian negeri kaum muslimin. Mereka mengatakan “Agama
untuk Allah dan negara untuk bersama”. Ini adalah slogan-slogan
jahiliyah
19. Kita berkeyakinan bahwa tidak ada izzah (kemuliaan) dan
pertolongan bagi kaum muslimin, hingga mereka mau kembali kepada
Kitabullah dan Sunnah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam
20. Kita membenci kelompok-kelompok baru: Komunisme, Ba’tsi,
Nashiry, Sosialisme, dan Rafidhah yang telah keluar dari Islam. Kita
berpendapat bahwa manusia sekarang menjadi 2 golongan, yaitu golongan
Hizbur Rahman (kelompok Allah), yaitu orang-orang yang melaksanakan
rukun-rukun Islam dan Iman tanpa menolak sedikitpun syariat Allah, dan
Hizbusysyaithan (kelompok setan), yaitu yang memerangi syariat-syariat
Allah
21. Kita mengingkari orang yang membagi agama menjadi “kulit” dan “inti”. Dan ini adalah dakwah yang menghancurkan
22. Kita mengingkari orang yang merasa tidak butuh kepada ilmu
Sunnah dan mengatakan “Ini bukan waktu mempelajarinya”. Beginilah orang
yang enggan mengamalkan Sunnah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam
23. Kita berpendapat handaknya kita mendahulukan yang paling penting
dari yang penting. Maka wajib bagi seorang muslim untuk
bersungguh-sungguh memperbaiki aqidah, kemudian membinasakan komunisme
dan Ba’tsiyyah dan itu bisa tercapai dengan persatuan yang berdasarkan
Al-Qur’an dan Sunnah
24. Kita berpendapat bahwa jama’ah yang merangkul Rafidhah, Syi’ah,
Sufi, dan Sunni tidak bisa menghadapi musuh karena itu tidak akan
tercapai kecuali dengan ukuwwah (persaudaraan) yang jujur dan persatuan
dalam aqidah
25. Kita mengingkari orang yang berkata dan menyangka bahwa para
da’i yang mengajak manusia kembali kepada Allah adalah orang-orang
Wahhabi. Kita tahu bahwa mereka memiliki maksud yang sangat jijik dan
kotor yaitu ingin memisahkan para ulama dengan masyarakatnya
26. Dakwah kita dan aqidah kita lebih kita cintai dari diri-diri,
harta-harta dan anak-anak kita. Kita tidak akan rela menjualnya dengan
emas dan uang…Kita suarakan terus dakwah ini sampai pupus harapan orang
yang ingin memperalat dakwah ini. Dia mengira dia bisa mendikte kita
dengan uang dan harta. Oleh sebab ini, mereka menjadi putus asa untuk
membujuk kita dengan harta dan kedudukan
27. Kita membenci pemerintah-pemerintah yang ada, sekedar (sesuai
dengan) kejahatan yang mereka lakukan dan kita mencintai sekedar (sesuai
dengan) kebaikan yang ada padanya. Kita tidak boleh memberontak kecuali
bila kita telah melihat adanya kekafiran yang jelas pada
pemerintahan-pemerintahan itu berdasarkan burhan (bukti nyata) dari
Allah
Pemerintah yang paling kita benci sekarang adalah pemerintahan ’Aden
yang berhaluan komunis lagi Atheis, semoga Allah segera membinasakannya
dan menyucikan negeri-negeri Islam darinya
28. Kita menerima bimbingan dan nasehat dari siapa saja, karena kita adalah para penuntut ilmu yang bisa benar dan salah
29. Kita mencintai Ulama Sunnah yang hidup sekarang. Dan kita ingin
mengambil faedah dari mereka. Dan kita merasa sedih karena kejumudan
sebagian mereka
30. Kita tidak menerima fatwa kecuali berdasarkan Al-Qur’an dan
Sunnah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam yang tsabit (kokoh)
31. Kita mengingkari kepada pihak-pihak yang bertanggung jawab dan
sektor lainnya dengan adanya usaha mengunjungi kuburan Lenin dan
tokoh-tokoh sesat lainnya untuk menghormati mereka
32. Kita mengingkari pemerintah muslim yang melakukan kerja sama
dengan musuh-musuh Islam, baik itu antek-antek Amerika atau komunis
33. Kira mengingkari dakwah-dakwah jahiliyah seperti kesukuan dan
fanatisme Arab. Kita menggolongkannya sebagai dakwah-dakwah jahiliyah
dan termasuk sebab yang memundurkan umat Islam
34. Kita menunggu seorang mujaddid yang Allah akan memperbaharui
agama ini melaluinya. Ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan Abu Daud
dalam sunannya dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu dari Nabi shalallahu
‘alaihi wasallam:”Sesungguhnya Allah akan membangkitkan bagi umat ini
disetiap 100 tahun orang yang akan memperbaharui untuk mereka agama
mereka” Dan kita berharap agar kebangkitan Islam menjadi mudah karenanya
35. Kita berkeyakinan bahwa orang yang mengingkari hadits tentang
Al-Mahdi dan Dajjal serta turunnya Isa bin Maryam adalah sesat. Dan
bukan yang kita maksudkan imam Mahdi dari kalangan Rafidhah, akan tetapi
dari Ahlul bait Nabi yang tergolong Ahlus Sunnah. Dia akan memenuhi
bumi dengan keadilan sebagaimana sebelumnya bumi ini telah dipenuhi
dengan kezaliman. Kita katakan “yang tergolong Ahlus Sunnah”, karena
orang yang mencela Sahabat tidak dianggap adil
36. Ini sekilas tentang aqidah dan dakwah kita. Kalau disebut dengan
dalil akan memperpanjang kitab ini. Dan telah kusebut dengan panjang
lebar dalam kitab “Al-Makhraj minal Fitnah”. Dan siapa yang memiliki
keyakinan yang sebaliknya dari yang telah kita sebutkan ini, maka kami
bersedia menerima nasehat jika dia benar dan kami bersedia berdebat jika
dia salah serta berpaling darinya jika dia membangkang
Ini yang perlu kita ketahui. Dan ini bukan seluruh dakwah dan aqidah
kita, karena dakwah kita berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah dan mengajak
kepada Al-Qur’an dan Sunnah. Demikianlah aqidah ini. Cukup Allah bagi
kita dan Dia adalah sebaik-baik tempat bertawakal. Tidak ada daya dan
kekuatan kecuali dengan izin Allah. (Diambil dari kitab “Hadzihi
Da’watuna wa ‘Aqidatuna hal 11-23 dan dialih bahasakan oleh Mummad ‘Ali
‘Ishmah Al-Medani)
(Diambil dari Buletin Al-Manhaj, edisi 7/1419 H/1999 M, yang
diterbitkan oleh Lajnah Khidmatus Sunnah wa Muharobatul Bid’ah. Ponpes
Ihyaus Sunnah. Degolan-Yogyakarta)