Tanah karbala, di tempat itu biasanya tradisi kaum syiah meratap secara berjamaah atas wafatnya cucunda Rasululloh shallallohhu ‘alaihi wasallam, Husain bin ‘Ali bin Abi Tholib Radhiallohu ‘anhuma.
Siapa yang tidak bersedih atas meninggalnya seseorang yang sangat dicintai oleh Rasululloh shallallohu ‘alaihi wasallam. Bahkan kaum muslimin dikala itu sangat mencintai cucu Rasululloh tersebut. Namun, tentunya hal ini tidak membuat kita lantas melupakan batasan-batasan dalam bersedih atas gugurnya orang yang dicintai oleh junjungan kita Rasululloh shallallohu ‘alaihi wasallam.
Adapun kaum Rofidhi (syiah) telah melupakan batasan-batasan dalam bersedih sehingga pada hari ‘asyura melakukan ritual-ritual memperingati wafatnya Imam Al-Husain Radhiallohu Ta’ala ‘anhu dengan menampar pipi mereka, melukai tubuh-tubuh mereka, yang kesemuanya itu bentuk dari meratap.
Padahal, tidak syak lagi bahwa tindakan meratap akan meninggalnya seseorang adalah termasuk perkara yang dilarang keras dalam agama Islam.
Dan yang disyariatkan Alloh Ta’ala bagi orang-orang yang tertimpa musibah adalah dengan ber-istirja’ sebagaimana disebut dalam AlQuran;
الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُواْ إِنَّا لِلّهِ وَإِنَّـا إِلَيْهِ رَاجِعونَ
“Orang-orang yang sabar itu, adalah orang-orang yang jika ditimpa musibah, mereka kemudian mengatakan “Inna lillahi wa inna ilaihi rooji’un”[AlBaqarah:155]
Banyak hadits-hadits yang menerangkan larangan meratapi jenazah. diantaranya adalah;
و حدثنا ابن المثنى وابن أبي عمر قال ابن المثنى حدثنا عبد الوهاب قال سمعت يحيى بن سعيد يقول أخبرتني عمرة أنها سمعت عائشة تقول
لما جاء رسول الله صلى الله عليه وسلم قتل ابن حارثة وجعفر بن أبي طالب وعبد الله بن رواحة جلس رسول الله صلى الله عليه وسلم يعرف فيه الحزن قالت وأنا أنظر من صائر الباب شق الباب فأتاه رجل فقال يا رسول الله إن نساء جعفر وذكر بكاءهن فأمره أن يذهب فينهاهن فذهب فأتاه فذكر أنهن لم يطعنه فأمره الثانية أن يذهب فينهاهن فذهب ثم أتاه فقال والله لقد غلبننا يا رسول الله قالت فزعمت أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال اذهب فاحث في أفواههن من التراب قالت عائشة فقلت أرغم الله أنفك والله ما تفعل ما أمرك رسول الله صلى الله عليه وسلم وما تركت رسول الله صلى الله عليه وسلم من العناء
و حدثناه أبو بكر بن أبي شيبة حدثنا عبد الله بن نمير ح و حدثني أبو الطاهر أخبرنا عبد الله بن وهب عن معاوية بن صالح ح و حدثني أحمد بن إبراهيم الدورقي حدثنا عبد الصمد حدثنا عبد العزيز يعني ابن مسلم كلهم عن يحيى بن سعيد بهذا الإسناد نحوه وفي حديث عبد العزيز وما تركت رسول الله صلى الله عليه وسلم من العي
Ketika berita gugurnya Ibnu Haritsah, Jakfar bin Abu Thalib dan Abdullah bin Rawahah sampai kepada Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam, Rasulullah pun duduk bersedih hati. Ia (Aisyah) berkata: “Aku melihat dari celah pintu. Lalu datang seseorang mengabarkan kepada Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam, katanya: ‘Wahai Rasulullah, sungguh istri-istri Jakfar! Orang itu menceritakan tangis istri-istri Jakfar. Mendengar itu Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam menyuruh orang tersebut untuk melarangnya. Dia pun pergi, lalu kembali lagi, menuturkan bahwa istri-istrinya tidak mau menurut. Rasulullah menyuruhnya lagi agar melarang istri-istri Jakfar meratap. Dia pun pergi menuju istri-istri Jakfar lalu kembali lagi kepada Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam sambil berkata: “Demi Allah, mereka keras kepala, wahai Rasulullah.” Aisyah menyangka bahwa Rasulullah bersabda: “Pergilah dan jejalkanlah debu tanah ke mulut mereka!” Aisyah berkata: Aku berkata: Mudah-mudahan Allah menghinakanmu! Engkau tidak melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam dan engkau tidak mau meninggalkan Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam bebas dari beban. (HR. Muslim dalam Shohihnya nomor 1551)
Demikianlah sekilas tentang larangan meratapi mayit, walaupun mayit tersebut adalah seorang yang memiliki kemulian disisi Alloh.