Latest Products

Tampilkan postingan dengan label bid'ah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label bid'ah. Tampilkan semua postingan
Adalah hal yang merata di sebagian besar mesjid di Indonesia berdoa bersama setelah Shalat lima waktu, bagaimana hukum hal ini , berikut adalah jawaban Asy-Syaikh Shalih Al Fauzan.

Tanya: Saya menyaksikan sebagian orang-orang yang shalat berjamaah seusai mereka shalat, mereka berdoa dengan bersama-sama, setiap kali mereka selesai shalat, apa hal ini dibolehkan? Berilah kami fatwa semoga Anda mendapat balasan di sisi-Nya.

Jawab: Berdoa setelah shalat, tidak mengapa. Akan tetapi setiap orang berdoa sendiri-sendiri. Berdoa untuk dirinya dan saudaranya sesama ummat Islam. Berdoa untuk kebaikan agama dan dunianya, sendiri-sendiri bukan bersama-sama.
Adapun berdoa bersama-sama setelah shalat, ini adalah bid'ah. Karena tidak ada keterangannya dari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam, tidak dari shahabatnya dan tidak dari kurun-kurun yang utama bahwa dahulu mereka berdoa secara bersama-sama, dimana sang imam mengangkat kedua tangannya, kemudian para makmum mengangkat tangan-tangan mereka, sang imam berdoa dan para makmum juga berdoa bersama-sama dengan imam. Ini termasuk perkara bid'ah.
Adapun setiap orang berdoa tanpa mengeraskan suara atau membuat kebisingan hal ini tidaklah mengapa, apakah sesudah shalat wajib atau sunnah. 


Sumber :
Majmu' Fatawa Asy-Syaikh Shalih Al Fauzan (2/680)
Berikut ini adalah perkataan sebahagian ulama Ahlussunnah tentang ciri-ciri yang melekat pada seorang atau sekelompok pengikut hawa nafsu, serta para pelaku bid’ah.
Jika suatu ketika kita berdiskusi atau bermajlis dengan seseorang atau dengan sekelompok orang yang memiliki ciri dan sifat seperti yang digambarkan para ulama Ahlussunnah berikut, maka berhati-hatilah akan syubhat-syubhat mereka yang dapat menjerumuskan kita kepada penyimpangan- penyimpangan dalam Aqidah dan Amalan Ibadah yang lari dari syariat dan teladan salafus sholih.
Ayyub As Sikhtiyani berkata :
“Saya tidak mengetahui ada seseorang dari ahli ahwa’ yang berdebat kecuali dengan perkara (ayat) mutasyabihat.” (Al Ibanah 2/501, 605, 609)

Imam Al Barbahary berkata :
“Jika kamu lihat seseorang mencela salah seorang shahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam maka ketahuilah bahwa sesungguhya dia telah mengucapkan kata-kata yang buruk dan termasuk ahli ahwa’.” (Halaman 115 nomor 133)

Ia juga berkata :
“Jika kamu mendengar seseorang mencerca atsar (hadits-hadits), menolaknya, dan menginginkan selain itu maka curigailah keislamannya dan jangan kamu ragu bahwa ia adalah pengikut hawa nafsu dan mubtadi’.” (Ibid 115-116 nomor 134)

Kata beliau juga :
“Jika kamu lihat seseorang mendoakan kejelekan terhadap penguasa maka ketahuilah bahwa ia adalah pengikut hawa nafsu.”(Ibid 116 nomor 136)

Abu Hatim berkata :
“Salah satu tanda ahli bid’ah adalah adanya cercaan mereka terhadap Ahli Atsar.” (Al Lalikai 1/179)

Ibnul Qaththan berkata :
“Tidak ada di dunia ini seorang mubtadi’ melainkan sangat membenci Ahli Hadits.” (Aqidah Salaf Ash Shabuni 102 nomor 163)

Imam Ash Shabuni berkata :
“Dan tanda-tanda ahli bid’ah itu sangat jelas terlihat pada mereka dan salah satu tanda yang paling menonjol adalah kerasnya permusuhan mereka terhadap para pembawa berita dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, menghina, dan meremehkan mereka.”(Ibid 101 nomor 162)

Dari Qutaibah bin Sa’id berkata :
“Apabila kamu lihat seseorang mencintai Ahli Hadits maka ketahuilah bahwa ia di atas As Sunnah dan siapa yang menyelisihi perkara ini maka ketahuilah bahwa ia adalah mubtadi’.”(Muqaddimah muhaqqiq Kitab Syi’ar Ashhabul Hadits lil Hakim 7)

FREE WORLDWIDE SHIPPING

BUY ONLINE - PICK UP AT STORE

ONLINE BOOKING SERVICE